- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Strategi Omics Terpadu: Fondasi Ketahanan Tanaman Pertanian
.jpg)
CIBINONG - Tantangan ketahanan
tanaman pertanian di tengah perubahan iklim dan ancaman cekaman, baik biotik
maupun abiotik menuntut strategi inovatif untuk memperkuat kualitas,
produktivitas, dan adaptasi tanaman. Salah satu pendekatan mutakhir yang kini
menjadi perhatian utama dalam sains tanaman adalah penggunaan strategi omics
terpadu.
Strategi omics mencakup berbagai bidang, seperti genomik,
transkriptomik, proteomik, dan metabolomik. Bersama-sama, bidang-bidang ini
memberikan pemahaman menyeluruh tentang struktur, fungsi, dan dinamika
molekuler dalam tanaman, mulai dari tingkat gen, RNA, protein, hingga metabolit
yang dihasilkan.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan bioteknologi,
strategi omics kini menjadi fondasi utama bagi program riset dan pengembangan
tanaman pertanian yang tangguh serta berdaya saing tinggi di masa depan.
Teknologi omics telah membuka peluang baru dalam pengembangan tanaman yang
tahan terhadap berbagai cekaman lingkungan, seperti kekeringan, suhu tinggi,
salinitas, hingga serangan hama dan penyakit.
Baca Lainnya :
- Riset Paleotsunami Catat Tsunami Raksasa 1.800 Tahun Lalu di Selatan Jawa0
- Penemuan Dua Spesies Baru Katak Bertaring di Pegunungan Meratus, Kalimantan1
- Tim Peneliti UGM Temukan Tujuh Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat0
- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan0
- BRIN - UNPAD Gagas Pusat Kolaborasi Riset Kelautan0
Perkuat Riset Hortikultura
Untuk
meningkatkan pemahaman lintas disiplin ilmu mengenai potensi penerapan strategi
omics dalam riset hortikultura, khususnya dalam pemuliaan, fisiologi, dan
biofortifikasi tanaman, BRIN melalui Pusat Riset Hortikultura (PRH), Organisasi
Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) menggelar Focus Group Discussion (FGD)
dengan tema “Penerapan Biologi Struktural dalam Riset Hortikultura” pada
Rabu (16/07).
Kepala Pusat Riset Hortikultura, Organisasi Riset Pertanian
dan Pangan BRIN, Dwinita Wikan Utami, menjelaskan bahwa upaya ketahanan pangan
dan dampak perubahan iklim menuntut adanya teknologi pertanian presisi.
"Pendekatan ini bukan hanya pada level pemupukan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), tetapi harus sampai pada level
molekuler dalam perakitan produk pertanian yang berkelanjutan," ujarnya.
Dalam hal ini, pendekatan simpul-simpul gen dan molekul yang berperan terhadap
sifat target sangat penting dalam perakitan varietas unggul.
Sinergi Omics dan Studi Struktural Percepat
Pemuliaan Tanaman
FGD
tersebut menghadirkan beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya, di
antaranya Adhityo Wicaksono, seorang Bioinformatics Research Fellow dari PT
Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) Lab.
“Penelitian omics (genomik, transkriptomik, proteomik,
metabolomik) kini jadi tulang punggung peningkatan ketahanan tanaman
pertanian,” ungkap Adhityo dalam paparannya yang berjudul “Strategi
Omics Terpadu untuk Ketahanan Tanaman Pertanian: Studi Struktural Protein
Kacang Hijau Adaptif Lingkungan”.
Menurutnya, sinergi antara sequencing asam nukleat dan
protein, serta studi struktural, menjadi kunci memahami fondasi biologis
adaptasi dan ketangguhan tanaman. "Pendekatan omics dan integrasi
berbagai platform analisis dapat mempercepat pemuliaan serta adaptasi tanaman
pertanian terhadap tantangan lingkungan, sekaligus mendukung ketahanan pangan
melalui inovasi berbasis data ilmiah," jelasnya.
Dalam sesi diskusi, terungkap bahwa kekayaan fenotip dan
genetik sumber daya genetik dapat dijadikan sebagai sumber populasi kajian
multiomics. "Pengambilan sampel dari populasi dengan karakter fenotip yang
positif dan negatif dapat digunakan untuk kajian diferensial ekspresi dengan
menghubungkan sekuen DNA dan RNA ke studi struktural protein baik secara wet
lab maupun dengan teknologi bioinformatika," ujar Adhityo.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pengembangan
kompetensi periset di Pusat Riset Hortikultura dalam mendukung program
percepatan kolaborasi riset pangan melalui NutriFoodSync oleh BRIN. (fy/ed.ade,
mfs)
