- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
.jpg)
JAKARTA - Keputusan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk kembali memberikan izin operasi kepada PT
Gag Nikel menjadi kabar buruk bagi upaya #SaveRajaAmpat dari bahaya tambang
nikel. Bukannya mencabut semua izin tambang nikel yang membahayakan ekosistem
kepulauan Raja Ampat, tapi Kementerian ESDM malah mempertahankan PT Gag Nikel
dan kini memberi lampu hijau untuk mereka lanjut beroperasi. Langkah ini
merupakan pengabaian langsung terhadap ekosistem laut Raja Ampat yang menjadi
rumah dari 75% spesies terumbu karang dunia.
“Raja Ampat bukan sekadar harta nasional, ia adalah warisan
dunia. Memberikan izin tambang untuk beroperasi lagi di wilayah ini menunjukkan
keserakahan pemerintah dan korporasi, yang menempatkan pelindungan lingkungan
dan hak asasi manusia di bawah keuntungan ekstraktif jangka pendek. Suara
masyarakat adat dan komunitas lokal, serta besarnya seruan #SaveRajaAmpat di
publik nasional yang menolak tambang di Raja Ampat seharusnya tidak boleh
diabaikan,” tegas Arie Rompas, Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia.
Rompas menyatakan keprihatinan karena keputusan ini
melanggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil, juga akan merusak masa depan ekosistem terumbu
karang yang kaya di Raja Ampat, yang menjadi sumber pangan dan penghidupan
jutaan orang sekaligus kebanggaan Indonesia.
Baca Lainnya :
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat0
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel0
- Api Dalam Sekam dan Batu Uji Kepemimpinan Prabowo Subianto 0
- Revisi UU Pangan: Benahi Sistem, Jangan Akomodasi Proyek Jangka Pendek0
- Fakta Unik Kondusifitas Demo Mahasiswa dan Driver Online di Kota Palembang0
“Seakan tidak ada jalan lain, pemerintah terus bergantung
pada industri ekstraktif, padahal ini hanya menunjukkan miskinnya imajinasi
pemerintahan Prabowo dalam membangun ekonomi Indonesia yang adil dan
berkelanjutan. Ini adalah bentuk pengkhianatan pemerintah terhadap komitmen
iklim Indonesia, sekaligus memperdalam krisis ekologis yang sudah mengancam
negeri ini,” tambahnya.
Greenpeace, bersama lebih dari 60.000 orang yang telah
menandatangani petisi, berkomitmen untuk terus melawan segala bentuk operasi
tambang di Raja Ampat. Kami mendesak pemerintah segera mencabut izin PT Gag
Nikel serta menghentikan semua rencana penambangan nikel dan pembangunan
smelter di Sorong maupun Raja Ampat. Melindungi Raja Ampat berarti melindungi
kehidupan, bagi rakyat Papua, bagi Indonesia, dan bagi dunia.
“Tak ada nikel yang sepadan dengan hancurnya ekosistem Raja
Ampat yang disebut-sebut sebagai surga terakhir di Bumi ini,” pungkas Arie
Rompas.
