- AHY: Ini Call to Action, Kita Tidak Tinggal Diam Saat Bumi Terluka
- Serahkan 326 Akta Notaris Kopdes, Mendes Optimistis Serap Tenaga Kerja Produktif di Desa
- Menhut Gagas Syarat Pendakian Berdasar Level Kesulitan Suatu Gunung
- Komisi V DPR RI Desak Kawasan Transmigrasi Dibebaskan Dari Kawasan Hutan
- Pembangunan Terminal Khusus Perusahaan Tambang Nikel PT STS di Haltim Diduga Melanggar Aturan
- Greenpeace Dorong Tanggung Jawab Produsen untuk Lebih Serius Menangani Sampah Plastik
- Produksi Beras Nasional Januari-Agustus 2025 Capai 29,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen
- Mentan: 212 Produsen Beras Bermasalah Telah Dilaporkan ke Kapolri dan Jaksa Agung
- AHY Ungkap 3 Langkah Konret Tantangan Urbanisasi di BRICS
- Kemandirian Pangan, Koperasi dan Seni, Sebuah Utopia?
Tim KKN PPM UGM Hitung Jejak Karbon Selama Pengabdian di Banggai Kepulauan
.jpg)
BANGGAI KEPULAUAN - Tim
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Banggai Kepulauan kembali mengadakan workshop yang
dilakukan secara daring sebagai pembuka kegiatan KKN-PPM Universitas Gadjah
Mada (UGM) tahun 2025. Kegiatan yang dilaksanakan melalui Zoom pada Rabu (18/6)
ini merupakan hasil kolaborasi antara tim KKN Banggai dengan Jejakin,
perusahaan rintisan berbasis teknologi lingkungan.
Workshop ini dirancang untuk
memberikan pemahaman awal kepada mahasiswa sebelum diterjunkan ke lokasi KKN
pada 20 Juni mendatang tentang pentingnya kesadaran terhadap jejak karbon dalam
aktivitas pengabdian. Dengan pendekatan berbasis data dan reflektif, kegiatan
ini menjadi titik awal transformasi pengabdian menuju arah yang lebih hijau.
“Kegiatan ini menjadi bentuk nyata dari semangat
keberlanjutan yang diusung UGM, dengan menjadikan pengabdian sebagai ruang
belajar dan bertindak secara ekologis,” ujar Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc.,
Ph.D., selaku dosen pembimbing lapangan (DPL).
Baca Lainnya :
- Walhi: Pencabutan 4 Izin Usaha Pertambang di Raja Ampat Tindakan Terlambat dan Setengah Hati0
- Kapolda Banten Dukung Translokasi Badak Jawa Kali Pertama di Dunia0
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove0
- Investigasi Greenpeace Temukan Indikasi Kerajaan Bayangan RGE Ancam Kelestarian Hutan Indonesia0
- Belantara Foundation: Strategi Terpadu Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Sebuah Keharusan 0
Diskusi dalam workshop turut menanggapi
pertanyaan penting terkait emisi dari aktivitas KKN yang kerap tidak disadari.
Salah satu pemantik diskusi datang dari Tegar Prakasa, Founder Vontripo, yang
menyoroti besarnya jejak karbon yang ditimbulkan dari pengiriman ribuan mahasiswa
ke berbagai wilayah.
Ia menekankan bahwa transportasi antarpulau, konsumsi
logistik berbasis kemasan, dan penggunaan genset menjadi sumber emisi
signifikan. Pertanyaan kritis ini membuka ruang refleksi bagi mahasiswa untuk
menilai ulang praktik lapangan yang selama ini dianggap wajar. “Kapan KKN UGM
dapat menjadi program tanpa emisi?” tanyanya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, tim KKN Banggai
menggandeng Jejakin yang memperkenalkan aplikasi CarbonIq sebagai alat bantu
penghitungan emisi karbon. Aplikasi ini memungkinkan mahasiswa mencatat
aktivitas harian selama KKN dan mengetahui kontribusi emisi yang dihasilkan.
Tidak hanya menjadi alat hitung, aplikasi ini juga memberi
rekomendasi langkah mitigasi berbasis data aktual. Kolaborasi ini diharapkan
mendorong mahasiswa lebih sadar terhadap dampak ekologis dari kegiatan mereka.
“CarbonIq dirancang agar perhitungan emisi tidak ribet, tapi tetap akurat,
bahkan bisa langsung dikonversi ke jumlah pohon yang perlu ditanam,” terang
Sarah Azzahra perwakilan Jejakin.
Hasil penghitungan kemudian dijadikan dasar pengambilan
keputusan untuk aksi nyata di lapangan. Mahasiswa KKN-PPM Banggai tahun
sebelumnya, Ashim, membagikan pengalamannya saat melakukan penanaman kaliandra
sebagai bentuk kompensasi karbon.
Kaliandra dipilih karena kemampuannya menyerap karbon dengan
cepat, serta mudah tumbuh di berbagai kondisi tanah. Penanaman dilakukan
langsung di wilayah sekitar lokasi KKN, dengan jumlah pohon yang disesuaikan
berdasarkan hasil perhitungan emisi. “Setelah tahu berapa besar jejak karbon
kami, kami sepakat menanam pohon cepat tumbuh untuk menyerapnya,” ujar Ashim.
Tidak semua wilayah memiliki kondisi yang memungkinkan untuk
penanaman pohon. Oleh karena itu, tim KKN juga menerapkan strategi alternatif
seperti pembatasan penggunaan kendaraan bermotor dan pemilihan logistik yang
lebih ramah lingkungan. Langkah ini menuntut kreativitas dan kemampuan adaptasi
mahasiswa untuk tetap menjalankan program tanpa mengabaikan aspek ekologis.
Pendekatan semacam ini dinilai lebih fleksibel namun tetap berdampak dalam
jangka panjang.
Konsep Green Footsteps yang diusung menjadi
semacam panduan kecil namun bermakna dalam menjalankan pengabdian. Alih-alih
mengandalkan intervensi besar, mahasiswa diajak untuk memulai dari
langkah-langkah kecil yang konsisten dan berkelanjutan.
Pendekatan ini menanamkan kesadaran bahwa perubahan tidak
selalu harus spektakuler, namun bisa dimulai dari kebiasaan baik yang terus
dijaga. Pengalaman di Banggai ini membuktikan bahwa nilai-nilai keberlanjutan
bisa diintegrasikan ke dalam praktik KKN tanpa mengurangi esensi kerakyatan.
“Harapannya, pendekatan seperti ini tidak berhenti di Banggai Kepulauan saja,
tapi bisa diadopsi oleh seluruh unit KKN-PPM UGM,” ujar Hendrie, DPL Tim KKN
Banggai.
Bagi unit KKN lain yang ingin mengikuti langkah serupa, Tim
KKN Banggai membuka ruang kolaborasi lebih luas. Mahasiswa dan dosen pembimbing
dapat menjalin komunikasi awal untuk memahami teknis penggunaan aplikasi hingga
praktik mitigasi emisi di lapangan.
Semangat ini menjadi bagian dari upaya bersama UGM untuk
memperkuat kontribusi mahasiswa dalam isu keberlanjutan. Kolaborasi antartim
KKN diharapkan memperluas jangkauan dampak positif yang telah dirintis.
“Silakan menghubungi saya jika ingin berdiskusi lebih lanjut, bisa melalui
email,” ujar Angga Alfian Parmadi, Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit) KKN
Banggai 2025. (triya andriyani)
