- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan
- Mentan Ungkap Kejanggalan Data Beras di Cipinang, Diduga Permainan Mafia Pangan
- AHY Dorong UMKM di Indonesia Maju, Berkembang dan Mendunia
- Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk
- Ini Sejumlah Lokasi Berburu Matahari Terbit sambil Wisata Kuliner
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut
- Beras!
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove
- Greenpeace Dukung Kongres Dunia Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari Tiga Kawasan Hutan
Belantara Foundation: Strategi Terpadu Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Sebuah Keharusan
.jpg)
BOGOR - Pengelolaan sampah merupakan
isu global yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat
diselesaikan. Menurut Global Waste Management Outlook 2024, sampah global yang
tidak terkelola dengan baik sebanyak 38%, sehingga memberikan berkontribusi
negatif terhadap Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim (climate
change), kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity loss), dan polusi
(pollution) atau timbulan sampah.
Terkait persoalan sampah, Belantara Foundation bekerja sama
dengan Program Studi (Prodi) Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana
Universitas Pakuan menyelenggarakan seminar/webinar nasional yang dikemas
melalui kegiatan Belantara Learning Series Episode 12 (BLS Eps.12), pada pada
Kamis, 8 Mei 2025.
Mengusung tema “Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk
Mendukung Ekonomi Sirkular, Mitigasi Perubahan Iklim dan Kesejahteraan
Masyarakat”, Seminar Nasional secara luring ini dipusatkan di Auditorium Lantai
3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor. Ssedangkan daring
melalui aplikasi Zoom dan live streaming Youtube Belantara Foundation.
Baca Lainnya :
- SBY: Krisis Iklim dan Krisis Lingkungan Itu Nyata0
- Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia Tuntut Pemerintah Jepang Hentikan Inisiatif AZEC0
- ESG Award 2025 by KEHATI0
- 15 Jurnalis Jateng Terpilih Dalam Media Fellowship WALHI0
- Kebun REL, Tempat Asyik untuk Nongkrong dan Belajar Menanam Buah-Buahan 0
Lebih dari 1.100 peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan
yang didukung oleh Prodi Biologi FMIPA, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan, Bank Sampah Digital, dan Bank
Sampah Induk New Normal. Empat universitas sebagai kolaborator juga mengadakan
acara “Nonton dan Belajar Bareng” BLS Eps.12 bagi mahasiswa dan dosen di
masing-masing universitas. Empat universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan,
Universitas Riau, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Tanjungpura.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr Dolly Priatna,
pada sambutannya menyatakan bahwa strategi terpadu dalam pengelolaan sampah
menjadi sebuah keharusan agar dukungannya terhadap mitigasi perubahan iklim dan
upaya meningkatkan ekonomi masyarakat lebih efektif.
Kombinasi strategi yang perlu dijalankan meliputi kampanye
kesadaran publik, inovasi teknologi, reformasi kebijakan, serta partisipasi
aktif dari masyarakat luas. “Ketika masyarakat diberdayakan untuk mengelola
sampah secara bertanggung jawab, mereka tidak hanya berkontribusi terhadap
pelestarian lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi, yang mengarah pada
masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Dolly.
Menurut Dolly, pengelolaan sampah berkelanjutan bukan
sekadar kewajiban lingkungan, tetapi juga merupakan langkah strategis menuju
masa depan yang tangguh dan rendah karbon yang dapat menguntungkan semua orang
baik di tingat lokal maupun global.
“Oleh karenanya, mari kita bekerja sama, berbagi
pengetahuan, dan menerapkan solusi inovatif dalam membangun ekonomi sirkular,
untuk merawat Bumi kita, serta sekaligus membantu membuka peluang untuk
kesejahteraan masyarakat”, tandas Dolly, yang juga pengajar di Sekolah
Pascasarjana Universitas Pakuan.
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Dr Hanif Faisol Nurofiq SHutMP, yang
diwakili oleh Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular, Agus
Rusly SPI MSi, pada saat menyampaikan keynote speech-nya, menyatakan
gaung permasalahan sampah di Indonesia yang semakin besar sudah seharusnya
meningkatkan kesadaran seluruh individu yang masih aktif dan produktif.
“Bahwa kita semua adalah emitter, penghasil sampah,
serta memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah yang dihasilkan.
Permasalahan sampah dapat berakibat lebih dalam dan meluas. Sampah dapat
memperparah pemanasan global (global warming) karena menghasilkan gas rumah
kaca. Sampah dapat mengganggu ekosistem dan makhluk hidup di dalamnya serta
dapat menjadi polutan yang berdampak pada kesehatan dan kualitas lingkungan
hidup,” tuturnya.
Untuk memahami permasalahan tersebut, lanjut dia, pengarusutamaan
prinsip pengelolaan sampah tidak boleh lagi kumpul, angkut dan buang, melainkan
mampu merefleksikan konstelasi pengelolaan yang menerapkan sampah berdaya guna
hingga praktik ekonomi sirkular berjalan secara efektif.
“Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah yang didetailkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga menekankan bahwa seluruh pihak dimandatkan untuk mengelola sampah dari
hulu ke hilir”, tegas Direktur Agus.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional (https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/) tahun 2023, timbulan sampah
nasional di Indonesia sebanyak 56,63 juta ton/tahun dengan capaian pengelolaan
sampah nasional tahun 2023 adalah sebesar 39,01 persen atau 22,09 juta
ton/tahun dan sebesar 60,99 persen atau 34,54 juta ton/tahun tidak terkelola.
Selain itu, terdapat 550 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Indonesia, sebanyak
306 atau sekitar 54,44 persen di antaranya masih menerapkan open dumping (penimbunan
terbuka).
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pakuan, Prof Didik
Notosudjono, menegaskan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan
besar dalam pengelolaan sampah, terutama di daerah perkotaan dan pesisir. Oleh
karena itu, dibutuhkan sebuah pendekatan yang terpadu, lintas sektor, dan
berkelanjutan yang melibatkan semua pihak dalam kerangka sistem yang holistik
untuk mengatasi permasalahan sampah global dan khususnya di Indonesia.
“Pengelolaan sampah berkelanjutan hanya bisa terwujud jika:
Pertama, ada komitmen regulatif dan politis dari pemerintah; Kedua, ada
perubahan perilaku di tingkat individu dan komunitas; ketiga, terbangunnya
kemitraan lintas sektor yang aktif dan setara; serta keempat, berkembangnya
inovasi teknologi dan bisnis yang mendukung ekonomi sirkular”, ujar Prof Didik.
Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut,
Salli Atika Noor Rahma menyatakan kunci utama dalam aksi pengurangan dan
penanganan sampah adalah generasi muda. Permasalahan sampah berasal hampir dari
seluruh aktivitas yang kita lakukan. Oleh karenanya, kita harus berinovasi dan
berpartisipasi aktif dalam menanganinya.
“Perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat khususnya
generasi muda, merupakan hal yang sangat penting karena generasi muda dapat
menjadi agen perubahan dengan memilah sampah di rumah dan mengolah sampah
menjadi hal yang memiliki nilai tambah,” tukasnya.
CEO Bank Sampah Digital, Desty Eka Putri Sari menekankan
kesadaran masyarakat masih menjadi tantangan terbesar. Banyak yang belum
memahami bahwa sampah bukan hanya limbah, tetapi juga bisa menjadi sumber
penghasilan dan solusi bagi lingkungan. “Saya percaya, jika dikelola dengan
baik, sampah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang lebih
bernilai”, tegasnya.
Sejalan dengan Desty, Ketua Bank Sampah Induk New Normal,
Yasra Al-Fariza mengemukakan sampah tidak sekadar barang atau benda yang
dibuang karena tidak terpakai lagi. Lebih dari itu, sampah memiliki nilai
ekonomi. “Kami terus memberikan edukasi dan penyadartahuan kepada masyarakat.
Mulai dari mengurangi dan memilah sampah serta mendaur ulang sampah, budidaya
maggot hingga mengadakan pelatihan membuat produk kerajinan tangan dari
sampah”, tandas Yasra.
Penggiat Advokasi Lingkungan sekaligus aktor, Ramon Y Tungka
mengatakan bahwa generasi muda harus tergerak mencegah kerusakan lingkungan
dengan memulai aksi-aksi kecil seperti mengurangi penggunaan plastik, ikut
memilah sampah rumah tangga dan menjaga kebersihan saluran air. "Mulai
menggunakan tumbler dan membawa tas dari rumah setiap belanja itu harus jadi
gaya hidup sehari-hari,” ujar Ramon. (Fadlik Al Iman)
