- AHY: Ini Call to Action, Kita Tidak Tinggal Diam Saat Bumi Terluka
- Serahkan 326 Akta Notaris Kopdes, Mendes Optimistis Serap Tenaga Kerja Produktif di Desa
- Menhut Gagas Syarat Pendakian Berdasar Level Kesulitan Suatu Gunung
- Komisi V DPR RI Desak Kawasan Transmigrasi Dibebaskan Dari Kawasan Hutan
- Pembangunan Terminal Khusus Perusahaan Tambang Nikel PT STS di Haltim Diduga Melanggar Aturan
- Greenpeace Dorong Tanggung Jawab Produsen untuk Lebih Serius Menangani Sampah Plastik
- Produksi Beras Nasional Januari-Agustus 2025 Capai 29,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen
- Mentan: 212 Produsen Beras Bermasalah Telah Dilaporkan ke Kapolri dan Jaksa Agung
- AHY Ungkap 3 Langkah Konret Tantangan Urbanisasi di BRICS
- Kemandirian Pangan, Koperasi dan Seni, Sebuah Utopia?
Kemitraan Pemerintah-Swasta Kunci Pengembangan Kawasan Transmigrasi
.jpg)
JAKARTA – Kolaborasi antara pemerintah
dan sektor swasta dinilai menjadi kunci utama dalam pengembangan kawasan
transmigrasi. Hal tersebut disampaikan dalam sesi tematik Kementerian
Transmigrasi pada International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 bertajuk
“Public-Private Partnerships as Key Driver for Transmigration Area
Development”, yang berlangsung pada Kamis (12/06/2025) di Jakarta
International Convention Center (JICC).
Dalam sesi tersebut, Deputi Direktur PT. Peputra Masterindo Fitrawati memaparkan peran
perusahaannya yang sejak awal telah bermitra dengan pemerintah melalui skema
Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) guna membangun perkebunan kelapa sawit di
kawasan transmigrasi.
Baca Lainnya :
- Kolab Anak Muda dan Petani Sukses Terapkan Teknologi di Desa Energi Berdikari Pertamina0
- Potensi Unggulan Kopi hingga Cokelat, Kawasan Transmigrasi Lembantongoa Siap Jadi Pusat Ekonomi Baru0
- Kembangkan Energi Transisi, Pertamina Dorong Kesejahteraan 408 Petani di Desa Uma Palak0
- Program Desa Energi Berdikari Pertamina Dorong Produksi Pangan Desa 0
- Petani Bahagia, Harga Gabah Rp6.500/Kg Dorong Produktivitas dan TIngkatkan Pendapatan0
“Kemitraan ini bermula dari program pemerintah yang
memberikan lahan plasma kepada masyarakat transmigrasi melalui koperasi. Sementara itu,
perusahaan bertanggung jawab membangun dan mengelola lahan inti. Dari situ,
kesejahteraan masyarakat mulai tumbuh,” jelas Fitrawati.
PT. Peputra Masterindo bersama PT. Peputra Supra Jaya
merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berbasis di Pekanbaru,
Riau. Kedua perusahaan ini didirikan pada 1993 oleh almarhum Sinmardi Taman
(Pek Sin Cong), seorang tokoh veteran pejuang kemerdekaan RI. Saat ini,
kepemimpinan perusahaan diteruskan oleh generasi kedua, Mariyana.
Sebagai mitra pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat,
PT Peputra Masterindo mengungkapkan bahwa pihaknya telah membangun kawasan
transmigrasi di Kabupaten Kampar, Riau, dengan total luasan hampir 10.000
hektare. Di wilayah tersebut, perusahaan membina sejumlah koperasi, seperti
Koperasi Unit Desa (KUD) Sawit Jaya di Kabupaten Kampar dan Koperasi Rukun
Makmur di Kabupaten Pelalawan.
“Kami ingin berbagi kisah suka duka di lapangan tantangan,
peluang, dan perjuangan hingga akhirnya bisa berhasil seperti sekarang,”
ujarnya.
Meski infrastruktur jalan di kawasan transmigrasi Kabupaten
Kampar mulai membaik, sejumlah tantangan investasi masih dihadapi. Hingga kini,
belum tersedia jembatan penyeberangan untuk truk bermuatan besar, sehingga
distribusi hasil produksi masih bergantung pada ponton milik swasta yang
jumlahnya terbatas. Selain itu, fasilitas pendukung seperti SPBU belum memadai,
dan izin pemanfaatan tanah (IPT) masih dibatasi berdasarkan usia tanaman.
Bertambahnya jumlah penduduk transmigran membuka peluang
investasi baru, seperti pembangunan perumahan sederhana, pasar permanen dan
semi permanen, serta lahan kelapa sawit yang dapat disewa dalam satu daur
tanam. Ketersediaan tenaga kerja lokal yang melimpah juga menjadi nilai tambah
karena mengurangi ketergantungan pada pekerja dari luar daerah.
Program KKPA terbukti mendorong peningkatan ekonomi
masyarakat, yang terlihat dari daya beli terhadap kendaraan dan sarana
produksi. Untuk pengembangan kawasan ke depan, dibutuhkan dukungan pasokan
listrik yang stabil, akses komunikasi yang memadai, serta pengembangan sektor
potensial seperti hortikultura, perikanan, dan peternakan.
Salah satu pelaku transmigrasi yang hadir, Sutarji, pengurus
KUD Sawit Jaya, berasal dari Bantul, Yogyakarta. Ia telah menjadi transmigran
sejak tahun 1986 dan menyebut bahwa transmigran dikenal sebagai sosok inovatif,
tangguh, dan pantang menyerah.
“Transmigran itu inovatif, kreatif, tahan banting, dan tidak
mudah menyerah. Banyak kawan saya yang memenuhi kriteria itu, dan bukan hal
mustahil kini mereka memiliki penghasilan hingga Rp30 juta, Rp40 juta, bahkan
Rp100 juta per bulan. Saya mengajak generasi muda melihat kawasan transmigrasi
sebagai peluang untuk membangun masa depan,” tuturnya.
International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan
Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) pun berlangsung sukses.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan
Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan bahwa ICI 2025 dengan
tema “Sustainable Infrastructure for the Future: Innovation and
Collaboration” selaras dengan filosofi pembangunan nasional yang
mengedepankan keadilan sosial, kedaulatan nasional, dan keberlanjutan. (ar)
