BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove

By PorosBumi 31 Mei 2025, 06:23:25 WIB Lingkungan
BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengembangkan metode baru dalam menilai keanekaragaman hayati hutan mangrove Indonesia secara efisien dan akurat. Periset Pusat Riset Oseanografi (PRO) BRIN, Yaya Ihya Ulumuddin menyampaikan bahwa Indonesia memiliki banyak lokasi mangrove yang perlu dipantau.

“Tujuan utama kami adalah mengembangkan tools assessment kuantitatif yang dapat menunjukkan sejauh mana keberhasilan kegiatan konservasi yang kebanyakan dilakukan lembaga swadaya masyarakat (LSM),” kata Yaya, dalam kegiatan Oceanography Biweekly Meeting (OBM), secara daring, Senin (26/5).

Dia menjelaskan, metode tersebut memanfaatkan teknologi drone dengan sensor LiDAR dan kamera multispektral, memungkinkan pengamatan vegetasi mangrove dari udara. Hal ini diperlukan untuk pendekatan yang dapat digunakan secara cepat dan luas.

Baca Lainnya :

“Kami ingin melihat atau menilai keanekaragaman hayati dengan skala yang lebih luas dan cepat. Karena LSM punya beberapa lokasi, sehingga ada satu kebutuhan untuk mengembangkan satu indeks atau satu cara untuk menilai keanekaragaman hayati secara cepat, apalagi dengan adanya perkembangan teknologi drone LiDAR dan multispektral,” tegasnya.

Teknologi ini kemudian menghasilkan dua jenis data penting. Pertama, diversitas spektral yang dapat menggambarkan variasi vegetasi, karena vegetasi tertentu memantulkan cahaya dengan pola berbeda-beda. Kedua, diversitas struktural yang dapat menghasilkan data struktur hutan, seperti tutupan dan tinggi vegetasi.

Hasil dari pendekatan ini dirangkum dalam bentuk mangrove biodiversity index (BI), yang menunjukkan status keanekaragaman hayati di satu area. Selain itu, data ini dapat digunakan lebih lanjut. Misalnya, dengan membandingkannya dengan elevasi tanah yang dapat menunjukkan tingkat genangan.

Dengan perbandingan ini, akan diketahui bahwa vegetasi tidak tumbuh atau BI bernilai rendah karena area tersebut sering tergenang.

Yaya menambahkan, BI dinilai cocok digunakan sebagai indikator dalam kerangka driving forces, pressures, state, impacts, responses (DPSIR), khususnya untuk memantau kondisi ekosistem. Dengan kata lain, teknologi ini bisa menjadi alat peringatan dini atas kerusakan atau degradasi ekosistem mangrove.

Dalam diskusi lanjutan, tim peneliti membuka peluang pengembangan metode lebih lanjut. Seperti, menggabungkan data LiDAR dengan citra satelit dan teknologi kecerdasan buatan (AI). Juga, memperluas cakupan riset ke ekosistem pesisir lainnya di luar mangrove.

“Mereka juga mempertimbangkan peluang potensi teknologi lainnya. Misalnya, mendeteksi spesies mangrove baru atau menghitung fauna kecil yang hidup di ekosistem mangrove secara otomatis,” terangnya.

Penelitian ini menjadi tonggak penting dalam pemanfaatan teknologi canggih untuk konservasi. Diharapkan, hasilnya dapat mendorong pendekatan serupa di wilayah pesisir lainnya di Indonesia. (ss/ed:and, tnt)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment