- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Percepatan Transformasi Petani, Ini Tiga Tantangan Utamanya

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil menyatakan pemerintah akan mempercepat transformasi petani Indonesia dari saat ini yang masih berpendapatan minim menjadi lebih makmur.
“Statistik mengindikasikan bahwa terdapat sebanyak 28,9 juta petani dengan pendapatan yang minim, sedangkan hanya ada 2,1 juta orang yang tergolong sebagai petani terampil,” katanya melalui siaran pers, Rabu (15/3/2017).
Meski demikian, Sofyan mengakui percepatan transformasi petani menghadapi tiga tantangan utama. Pertama, ketidakseimbangan alokasi sumber daya produksi yaitu lahan dan petani terampil. Kondisi ini, menurut dia, disebabkan produksi pangan lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa yang memiliki tanah paling subur, jaringan irigasi terbaik, dan tenaga kerja terampil terbanyak.
Baca Lainnya :
- Petani skala Kecil Berhak Dapatkan Lahan0
- Badan Karantina Kemtan ikut pasarkan produk unggas0
- Ironi RI, Negeri Kaya Rempah Tapi Impor Cengkeh dan Lada0
- 1.922 Embung Bakal Dibangun untuk Dukung Ketahanan Pangan0
- Pertama di Gowa, Petani di Desa Tinggimae Panen Padi Organik, Hasilnya Dijual di Supermarket0
Tantangan kedua, tambah Sofyan, adalah ketidakseimbangan variasi tanaman. Adapun masalah ketiga adalah inefisiensi pengolahan dan logistik pasca-panen.
Mantan Menteri BUMN ini mengungkapkan sistem distribusi pangan di Jawa lebih berkembang dibandingkan dengan di luar Jawa karena jarak yang relatif dekat dari sumber produksi ke pasar akhir.
“Namun Jawa memiliki angka penduduk terpadat sehingga hal ini menjadi kendala serius terhadap peningkatan kualitas hidup petani. Kepemilikan lahan secara individu kurang dari 0,3 hektare per kapita,” ujarnya.
Sofyan menilai masalah-masalah tersebut menjadi penghalang sektor pertanian Indonesia untuk mencapai potensinya secara penuh. Dia membandingkan kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di bawah 15% meskipun 35%-45% penduduknya berprofesi sebagai petani.
sumber : industri.bisnis.com
