- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Benih jagung hibrida Monsanto melonjak 368 persen di musim hujan

LENSAINDONESIA.COM: Keputusan Kementerian Pertanian (Kementan) terkait swasembada jagung harus diraih tahun 2017 ini. Sejak tahun lalu,kebijakan ditetapkan untuk menaikkan produksi hasil tanam, pengendalian impor jagung hingga penetapan batas bawah dan batas atas harga jagung yang pada akhirnya para petani menanam jagung. Apalagi permintaan benih hibrida jagung di Tanah Air meningkat signifikan harus dipenuhi pasokannya oleh industri benih di Tanah Air.
Terkait kebijakan tersebut, Monsanto menetapkan ‘tahun fiskal’ mengacu dua musim. Paruh enam bulan pertama di musim hujan (September- Februari) dan musim kemarau (Maret- Agustus).
“Selama musim hujan, volume penjualan benih jagung hibrida meningkat hingga 368 persen atau naik 2.944 ton. Angkanya (penjualan red) fantastis,”ujar Presiden Director PT Monsanto Indonesia, Ganesh Pamugar Satyagraha disela acara Responsible Business Forum on Food and Agriculture di Jakarta, Selasa kemarin (14/3/2017).
Baca Lainnya :
- Pengelolaan sampah di Kabupaten Pati jadi sumber kesejahteraan warga0
- Lingga Kembangkan 100 Hektare Lahan Pakan Ternak0
- Membangun dari Desa0
- Percepatan Transformasi Petani, Ini Tiga Tantangan Utamanya0
- Petani skala Kecil Berhak Dapatkan Lahan0
Ganesh menjelaskan, tahun lalu perusahaan berhasil mencatat penjualan benih jagung hibrida sebesar 4.000 -5.000 ton.Monsanto luncurkan benih jagung hibrida ber merk DK 959 dan DK 771 (DEKALB). Potensi produksi kedua varietas benih jagung hibrida ini mampu diatas 10 ton per hektare (ha), lebih tinggi dari produksi jagung nasional sebesar 5,2 ton/ha. Khusus benih jagung DK 771 ini unggul dan lebih tahan serangan penyakit bulai.
“Besarnya penjualan benih jagung hibrida di musim penghujan ini bukan hal lazim. Biasanya, serapan pasar tak lebih dari 20 % atau berkisar 800 ton-1.000 ton. Kontribusi penjualan terbesar jatuh di musim kering (80 persen), usai memanen padi, petani berganti menanam jagung,” tandas Ganesh.
Di musim kering, lanjut Ganesh, perusahaan membagi konsentrasi penjualan benih jagung hibrida merupakan petani berlahan sawah irigasi teknis. Profil petani memiliki teknik budidaya mumpuni sehingga upaya peningkatan optimalisasi hasil tanam lebih terukur.
“Bukan kali ini, penjualan benih jagung hibrida terbesar justru terserap di musim hujan. Penetrasi penjualan terbesar terserap petani tradisional di lahan khusus/ sub optimal seperti lahan tegalan, kawasan integrasi tanaman pangan-sawit dan areal tanaman pangan yang bekerja sama dengan lahan PT Perhutani dan Inhutani. Perusahaan juga melakukan edukasi kepada kelompok tani terkait teknik budidaya tanam, pemupukan hingga paska panen sejak dua tahun terakhir. Lonjakan penjualan di musim hujan merubah komposisi, kontribusinya dari 20 persen naik menjadi 50-60 persen,” terang Ganesh.
Monsanto tanam jagung lagi untuk stok Agustus-September
Produksi benih jagung monsanto di tahun 2016 mendekati 5.000 ton. Namun, adanya kenaikan permintaan pasar diproyeksikan bakal habis Juni-Juli 2017. Mengantisipasi hal tersebut, Monsanto melakukan penanaman kembali untuk mengisi stok Agustus-September 2017, kendati ada tantangan intesitas curah hujan dibeberapa wilayah yang masih tinggi. Justru kondisi tersebut menimbulkan melonjaknya biaya produksi dan berpotensi penurunan produksi benih jagung hingga 30 %.
“Monsanto menetapkan kenaikan produksi benih jagung hibrida ‘tahun fiskal ‘ 2017 antara 6.000-8.000 ton. Sementara ini, petani baru memperoleh benih sebar jagung ditahun berikutnya. Lalu kapasitas pabrik di Mojokerto, Jawa Timur mencapai 13.600 ton, diantara minimal 20 diarahkan ke pasar ekspor,” papar Ganesh.
Dari kebijakan Kementan, menargetkan penaikkan progesif produksi jagung tahun 2017 hingga 30,5 juta ton, dari tahun sebelumnya sebesar 23,5 juta ton. Untuk itu, Kementan mengantisipasi dengan meningkatkan fasilitas sarana produksi jagung berupa benih, pupuk dan pestisida sebesar 3 juta ha, diantara 1 juta ha merupakan lahan sub optimal. Peningkatan produktivitas hasil tanam diperoleh di lahan baru yang sebelumnya tak ditanami jagung.
Pengendalian impor jagung untuk kebutuhan pakan ternak tahun 2016 lalu tinggal 884.679 ton dari tahun sebelumnya 3,07 juta ton. Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 23 Tahun 2016 yang menetapkan harga referensi tujuh komoditas pangan strategis ,termasuk jagung.
Permendag mematok harga batas bawah menurut kadar air Rp 3.150/kg dengan kadar air 15 %.Adapun batas terbawah Rp 2.500/kg (35%).Sementara harga batas atas jagung hanya ditentukan untuk hasil panen jagung berkadar air 15 % sebesar Rp 3.6350 sampai Rp 3.750/kg.
“Kendati sekedar harga referensi, kini petani mulai pandai, bagaimana cara menghasilkan produk jagung yang baik. Se tidaknya saat panen raya datang ,sejatuh-jatunya harga jagung dihargai Rp 2.800 per kilogram. Bukan seperti dua tahun sebelumnya. Jika saya berkunjung ke Sumbawa,Nusa Tenggara Timur harga jagung hanya dihargai Rp 1.500-Rp 1.800 per kilogram,kan kasihan sekali ” pungkas Ganesh.@Rel-Licom
sumber : lensa-indonesia.com
