- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Teknologi Manipulasi Sel Somatik, Inovasi Perbaikan Tanaman di Indonesia
.jpg)
CIBINONG - Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Botani Terapan (PRBT) mengungkap lima
teknologi manipulasi sel somatik yang berperan penting dalam peningkatan
kualitas dan produktivitas tanaman, mulai dari mutasi in vitro hingga gene
editing. Melalui pendekatan bioteknologi, berbagai komoditas lokal seperti
pisang, alpukat, dan tanaman hias berpotensi dikembangkan menjadi varietas
unggul dengan nilai ekonomi tinggi.
Topik tersebut menjadi fokus dalam Botany Talk
Series #18 bertema “Manipulasi Sel Somatik untuk Perbaikan Tanaman”,
yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Botani Terapan (PRBT), Organisasi Riset
Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN pada Selasa (08/07).
Dalam kegiatan yang digelar secara hybrid di
Gedung BNC, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, ini
menghadirkan Peneliti Utama BRIN, Witjaksono, yang membagikan pengalaman
risetnya sejak menempuh studi doktoral di Amerika Serikat hingga kini aktif
mengembangkan teknologi kultur jaringan dan bioteknologi tanaman di Indonesia.
Salah satu pencapaian Witjaksono adalah penelitian induksi mutasi pada tanaman
jati yang menghasilkan mutan yang telah didiseminasikan hampir ke seluruh
wilayah di tanah air.
Baca Lainnya :
- Seribu Seragam Sekolah Bersama Pertamina Untuk Para Anak Ojek0
- Filosofi Kaya Lintas Generasi Orang-Orang China0
- Tim PkM UNY Gelar Workshop Perempuan Islam Berkemajuan untuk Mewujudkan Peradaban Utama 0
- Fakta dan Mitos Seputar MSG: Apakah Benar Membahayakan Tubuh?0
- Disabilitas Tak Menghentikan Junar Asunyi Menuai Harapan Lewat Konten Karier & HR0
Lima Teknologi Utama Manipulasi Sel Somatik
Dalam
paparannya, Witjaksono menyoroti lima metode manipulasi sel somatik yang
digunakan untuk perbaikan tanaman, yaitu mutasi in vitro,
seleksi in vitro, manipulasi ploidi, hibridisasi somatik, dan
transformasi genetik. Menurutnya, seluruh metode tersebut membutuhkan sistem
regenerasi tanaman yang mapan, baik melalui jalur organogenesis maupun
embriogenesis somatik, yang pengembangan protokolnya dipengaruhi oleh banyak
faktor, termasuk genotype, macam inoculum, hara, serta penggunaan
zat pengatur tumbuh.
“Embriogenesis somatik menjadi metode unggulan dalam
regenerasi tanaman karena mampu menghasilkan tanaman dari sel tunggal yang
stabil secara genetik dan bebas kimera. Teknik ini telah berhasil diterapkan
pada tanaman seperti alpukat, pisang liar, hingga gaharu,” ujar peneliti yang
rekam jejak penelitiannya telah banyak dipublikasikan di jurnal ilmiah
internasional sebagai bentuk kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Lebih lanjut, Witjaksono menjelaskan bahwa kelima teknologi
tersebut telah diterapkan pada berbagai jenis tanaman, termasuk pisang, apokat,
jati, serta tanaman hias dan obat. Ia juga menekankan pemanfaatan kekayaan
biodiversitas Indonesia serta banyaknya komoditi pertanian Indonesia yang
menjadi komoditi dunia perlu intervensi teknologi untuk meningkatkan
produktivitas maupun intensifikasinya.
“Manipulasi sel somatik dapat menjadi salah satu teknologi
yang dapat dipakai untuk peningkatan produktivitas tersebut,” ungkapnya.
Biodiversitas Indonesia: Potensi Besar yang
Belum Tergarap Optimal
Menurutnya,
Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas luar biasa yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Ia mencontohkan ekspor anggrek Phalaenopsis hybrid oleh Taiwan
yang merupakan hasil breeding dari petani penganggrek yang pasti membutuhkan
dan menggunakan spesies anggrek liar sebagai induk silangan.
“Ini membuktikan bahwa riset biodiversitas dapat
menghasilkan komoditi dan industri dengan nilai ekonomi tinggi. Sementara itu,
kita yang menjadi host atau “rumah” dari banyak spesies anggrek Phalaenopsis
liar yang endemic maupun yang tersebar di beberapa tempat kurang optimal dalam
memanfaatkannya,” terang Witjaksono.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa mutasi in vitro yang diinduksi
menggunakan sinar gamma atau zat kimia seperti EMS dapat menghasilkan keragaman
morfologi, seperti ukuran buah yang berbeda atau waktu berbunga yang lebih
cepat. Salah satu contoh nyatanya adalah kentang hitam dan Jati Platinum yang
tumbuh lebih cepat dengan kualitas hasil yang lebih baik.
Aplikasi Teknologi pada Beragam Tanaman
Lebih
lanjut, Witjaksono memaparkan bahwa manipulasi ploidi seperti induksi
tetraploid mampu meningkatkan vigor dan produktivitas tanaman, seperti pada
beberapa varietas pisang, jati, stevia, artemisia, kelor. Beberapa varietas
tetraploid telah didaftarkan oleh BRIN sebagai varietas baru, seperti pada
beberapa varietas pisang pisang, dan beberapa telah mendapat perlindungan
varietas tanaman, sperti Rejang triploid dan Rejang tetraploid.
Menurut Witjaksono, teknologi fusi protoplas/hibridisasi
somatik memungkinkan penggabungan sifat-sifat unggul dari dua induk yang tidak
bisa disilangkan, baik secara konvensional, maupun digrafting atau okulasi.
Contohnya, Tanaman buah alpukat diketahui rentan terhadap penyakit busuk kar.
Tanaman yang terserang, terutama di daerah menggenang, tidak produktif dan
mati.
Tidak ada metode pengendalian penyakit ini yang efektif,
kecuali dengan batang bawah yang secara genetik tahan. Diketahui bahwa kerabat
liar tanaman ini tahan penyakit busuk akar tetapi species-species ini tidak
dapat disilangkan maupun di grafting dengan alpukat. Maka Solusi yang perlu
dicoba adalah melakukan hibridisasi somatic antara dua jenis ini dengan harapan
hibrida somatiknya mempunyai sifat tahan dan dapat di grafting dengan
alpukat.
“Penggabungan sifat melalui fusi protoplas ini sangat
potensial untuk dikembangkan pada tanaman hias. Sebagai contoh, tanaman
aglaonema merah yang merupakan silangan dari aglaonema hijau dengan spesies
liar berwarna merah, tidak mudah dihasilkan,” urainya.
Menurutnya, fusi protoplas antar-keduanya mungkin dapat
dilakukan secara lebih efektif. Tanaman hias dengan keragaman yang tinggi
seperti begonia, Impatiens, anggrek sangat potensial untuk di breeding dengan
metode ini.
Pengembangan Teknik Regenerasi Embryogenesis
Dilanjutkannya, dengan regenerasi tanaman melalui
protoplasma juga dapat menjadi sistem delivery dari metode
perbaikan tanaman dengan cara gene editing. “Teknik gene
editing ini sedang hot-hot-nya di dunia, karena
diperkirakan dapat menjadi alternatif dari teknologi sebelumnya, yaitu
transformasi genetic yang semula dipermasalahkan banyak komunitas LSM di
seluruh dunia, dan sekarang telah menjadi pandangan umum masyarakat dunia
sebagai bermasalah dan tidak disukai,” jelasnya.
Jika teknologi ini berhasil berkembang maka tanaman unggul
yang dihasilkan bukan merupakan tanaman transgenik sehingga akan lebih cepat
sampai ke tangan konsumen. “Namun, masih perlu disiapkan peraturan yang lengkap
dan jelas, agar tidak menyalahi peraturan paten internasional karena beberapa
teknologi kunci sudah mendapatkan perlindungan hukum,” tegasnya.
Di akhir sesi, Witjaksono menyampaikan bahwa keberhasilan
pemanfaatan teknologi ini membutuhkan fasilitas laboratorium dan green house
serta kebun yang memadai dan stabil serta nyaman untuk bekerja, kolaborasi
lintas sektor dan dari hulu ke hilir, dan kebijakan terhadap program yang
stabil dalam waktu yang cukup, serta peningkatan pemahaman publik terhadap
bioteknologi untuk adopsi hasil teknologinya.
Ia berharap pengalaman dan hasil riset yang ia bagikan sejak
aktif di bidang kultur jaringan sejak tahun 1983 dapat memberi kontribusi
berarti bagi pengembangan ilmu dan pertanian nasional. (sh/ed.sl, mfs)
