- AHY: Ini Call to Action, Kita Tidak Tinggal Diam Saat Bumi Terluka
- Serahkan 326 Akta Notaris Kopdes, Mendes Optimistis Serap Tenaga Kerja Produktif di Desa
- Menhut Gagas Syarat Pendakian Berdasar Level Kesulitan Suatu Gunung
- Komisi V DPR RI Desak Kawasan Transmigrasi Dibebaskan Dari Kawasan Hutan
- Pembangunan Terminal Khusus Perusahaan Tambang Nikel PT STS di Haltim Diduga Melanggar Aturan
- Greenpeace Dorong Tanggung Jawab Produsen untuk Lebih Serius Menangani Sampah Plastik
- Produksi Beras Nasional Januari-Agustus 2025 Capai 29,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen
- Mentan: 212 Produsen Beras Bermasalah Telah Dilaporkan ke Kapolri dan Jaksa Agung
- AHY Ungkap 3 Langkah Konret Tantangan Urbanisasi di BRICS
- Kemandirian Pangan, Koperasi dan Seni, Sebuah Utopia?
Begini cara mengubah sampah jadi pakan ikan

DEPOK. Sampah merupakan masalah yang harus diatasi bukan dijauhi, karena dampaknya luas terhadap masyarakat dan lingkungan. Dengan proses pengolahan yang tepat guna, limbah sampah bisa bernilai rupiah.
Hal ini dibuktikan oleh Kelompok Tani Bina Tenaga Inti Rakyat (BTIR), Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, yang berhasil membuat inovasi dalam pengolahan limbah dengan mesin dan insfrastruktur sederhana. BTIR memproduksi pupuk kompos, pupuk cair, dan pakan ikan dari pemanfaatan limbah sisa makanan, minuman dan lainnya. Rudi Morudi, Ketua Kelompok Tani BTIR berbagi pengalaman cara pengolahan limbah tersebut. Harapannya, metode ini dapat diaplikasikan di daerah lainnya. Dengan demikian, volume sampah bisa ditekan lewat pengolahan yang produktif. Tak cuma itu, dampak positif lainnya adalah bisa menjadi peluang usaha dan menyerap tenaga kerja.
Untuk mengolah sampah makanan menjadi pakan ternak, Rudi menjelaskan, terlebih dahulu sampah makanan dipilah dari bahan anorganik seperti plastik, kertas dan sejenisnya. Selanjutnya bahan baku yang telah dipilah dimasukan dalam wadah karung dan diberikan cairan probiotik untuk difermentasi selama satu minggu. "Selesai difermentasi dan penirisan air serta minyak lewat wadah karung, bahan baku dihancurkan dan dicampur menggunakan mesin penggiling daging," katanya, Jumat (3/2).
Baca Lainnya :
- Harga CPO dipapas proyeksi banjir suplai0
- Harga Gabah Jatuh karena Hujan Berkepanjangan0
- Duka Petani, 1.200 Ha Tanaman Bawang di Brebes Rusak Kena Banjir0
- Distribusi Kebutuhan Pokok Tak Terganggu Musim Hujan0
- Kemendag Bangun dan Revitalisasi 1.003 Pasar Tradisional di 20170
Dari hasil penggilingan tersebut, bahan baku dijemur agar kadar air berkurang dan mudah dihaluskan dengan mesik diskmill atau mesin pembuat tepung serbaguna. Tahap berikutnya, bahan berupa pakan yang sudah berbentuk tepungan ini kemudian diaduk lagi menggunakan mesin mixer. Pencampuran disesuaikan dengan perbandingan bahan baku yang mengandung protein, kabrohidrat dan unsur lainnya.
Menurut Rudi, pencetakan bahan baku menggunakan mesin sederhana, baik mesin vertikal atau horizontal akan menghasil pakan tenggelam. Setelah dicetak dan ditempatkan dalam wadah, bahan pakan dijemur. Tujuan penjemuran untuk mengurangi kadar air. Sehingga pakan mencapai tingkat kekeringan tertentu yakni kadar air berkisar 10%. Selanjutnya pakan didinginkan sekitar satu sampai dua jam dan lakukan penimbangan sesuai kebutuhan dalam karung bersih.
Pakan ternak buatan Kelompok Tani BTIR ini tanpa tambahan vitamin dan konsentrat sebagai perangsang pertumbuhan. Maklum, semua bahan bakunya organik. Meski dari bahan baku limbah makanan, Rudi mengklaim aman. Sebab sudah diteliti oleh ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di dalam pellet terdapat kandungan protein sekitar 30%. Selain itu, tidak ditemukan unsur merkuri, boraks, formalin atau zat berbahaya lainnya bagi kesehatan.
Adapun untuk membuat cairan probiotik, Rudi juga memanfaatan limbah minuman kemasan. Pembuatan probiotik dengan metode mikroorganisme lokal (MOL). "MOL ini dibuat dengan memanfaatkan sampah segala jenis buah-buahan, kecap, minuman sari buah, susu, dan yougurt yang sudah kedaluwarsa," sebutnya.
Nah, semua bahan MOL ini dicampur dan ditampung dalam wadah khusus kemudian difermentasi selama 21 hari agar menjadi probiotik cair. “Sampai sekarang formula ini saya gunakan dan tak pernah kehabisan karena bahan baku banyak tersedia,” terang Rudi.
sumber : kontan.co.id
