- Belantara Foundation Bersama Mitra dari Jepang Kembali Tanam Pohon di Riau
- Manfaatkan PLTS, Desa Energi Berdikari di Karawang Tingkatkan Ekonomi Petani
- Menkeu Terbitkan Aturan Penempatan Rp200 Triliun Uang Negara di Bank Umum Mitra
- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
Belantara Foundation Bersama Mitra dari Jepang Kembali Tanam Pohon di Riau
.jpg)
PEKANBARU - Belantara Foundation dan
mitra sektor swasta asal Jepang, yaitu Vanfu, Inc. menanam bibit pohon secara
simbolis di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH),
Provinsi Riau pada Selasa, 2 September 2025. Penanaman simbolis dengan Vanfu, Inc.
ini merupakan yang kedua, dari top management ke middle management
mereka. Penanaman simbolis pertama dilakukan pada 21 Agustus 2024 lalu.
Gerakan penanaman pohon ini terselenggara atas kerja sama
antara Belantara Foundation dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP)
Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan yang menjadi mitra Tahura SSH. Jenis bibit
pohon yang ditanam di antaranya adalah balangeran (Shorea balangeran) dan balam
(Palaquium hexandrum), yang termasuk dalam kategori spesies pohon langka yang
perlu dilestarikan.
Dengan tema “From Science To Global Action” atau “Dari Sains
Ke Aksi Global, peringatan Hari Ozon Sedunia yang jatuh pada 16 September 2025
ini menjadi sebuah momentum penting dalam meningkatkan pemahaman seluruh elemen
masyarakat termasuk sektor swasta tentang pentingnya berkolaborasi dalam
menjaga dan melindungi lapisan ozon yang semakin terkikis.
Baca Lainnya :
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli0
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang0
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan0
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat0
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel0
Selain itu, peringatan ini membuka kesempatan bagi sektor
swasta untuk berkontribusi dalam upaya merestorasi lahan yang telah
terdegradasi dan mendukung Pemerintah Provinsi Riau menurunkan emisi Gas Rumah
Kaca yang kini kian mengancam lapisan ozon.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr Dolly Priatna
mengatakan bahwa Forest Restoration Project: SDGs Together!” adalah program
pemulihan hutan yang diharapkan dapat membantu upaya mengembalikan fungsi
pengaturan tata air dan iklim mikro pada ekosistem hutan, mengurangi risiko
kerusakan lingkungan seperti erosi dan tanah longsor, tercemarnya sumber air,
turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, serta polusi udara.
Pemulihan areal hutan terdegradasi juga dapat memperbaiki
kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, dan
populasi satwa liar beserta habitat alaminya. Tidak hanya mendukung pemulihan
hutan, program ini juga diharapkan akan mampu mendorong peningkatan
sosial-ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan
“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind
dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan
kolaborasi multipihak, salah satunya dengan mengajak mitra sektor swasta dari
Jepang untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution
(NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia
khususnya Pulau Sumatera,” kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah
Pascasarjana Universitas Pakuan.
Representative Director APP Japan Ltd, Tan Ui Sian
mengatakan bahwa pihaknya akan lebih bersemangat mengajak multi-stakeholders di
Jepang untuk mendukung Forest Restoration Project: SDGs Together ini. Saat ini,
program tersebut berfokus untuk mendukung SDGs ke 12 yaitu memastikan pola
konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
Lalu, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk
mengatasi perubahan iklim dan dampaknya dan target SDGs ke 15 yaitu melindungi,
memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem
serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
“Kerja sama dengan KPHP Minas Tahura telah memasuki tahap
ke-5 dan bagi kami telah memberikan nilai tambah lebih besar untuk
mengembangkan program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Jepang.
Kami berharap dapat mengajak multi-stakeholders dari mancanegara lebih luas
lagi untuk mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together,” tandas
Tan.
Pada waktu yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda
Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan bahwa kawasan Tahura SSH merupakan kawasan
konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999. Tahura
SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektar. Sayangnya saat ini sebagian besar
wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas
ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya.
“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH
melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak
bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya kolaborasi dan kerja sama dengan
berbagai pihak. Misalnya saja program yang digagas bersama Belantara Foundation
dan pemangku kepentingan di Jepang pada pertengahan 2022 lalu, yaitu Forest
Restoration Project: SDGs Together, yang berupaya memulihkan kawasan hutan yang
terdegradasi agar ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined
Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di
Provinsi Riau,” pungkas Sri. (fadlik al iman)
