- AHY: Ini Call to Action, Kita Tidak Tinggal Diam Saat Bumi Terluka
- Serahkan 326 Akta Notaris Kopdes, Mendes Optimistis Serap Tenaga Kerja Produktif di Desa
- Menhut Gagas Syarat Pendakian Berdasar Level Kesulitan Suatu Gunung
- Komisi V DPR RI Desak Kawasan Transmigrasi Dibebaskan Dari Kawasan Hutan
- Pembangunan Terminal Khusus Perusahaan Tambang Nikel PT STS di Haltim Diduga Melanggar Aturan
- Greenpeace Dorong Tanggung Jawab Produsen untuk Lebih Serius Menangani Sampah Plastik
- Produksi Beras Nasional Januari-Agustus 2025 Capai 29,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen
- Mentan: 212 Produsen Beras Bermasalah Telah Dilaporkan ke Kapolri dan Jaksa Agung
- AHY Ungkap 3 Langkah Konret Tantangan Urbanisasi di BRICS
- Kemandirian Pangan, Koperasi dan Seni, Sebuah Utopia?
Ini Sebab Pembangunan Pabrik Gula RI Lambat

Liputan6.com, Jakarta Indonesia saat ini menjadi salah satu negara pengimpor gula terbesar di dunia. Tercatat pada 2016, 4,2 juta ton gula didatangkan Indonesia dari beberapa negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengungkapkan impor tersebut dikarenakan produksi dalam negeri hanya 2,2 juta ton per tahunnya.
Minimnya produksi ini dikatakan Wahyu karena pembangunan pabrik gula (PG) di Indonesia tidak secepat peningkatan kebutuhan. Saat ini mayoritas PG milik BUMN berusia di atas 100 tahun, bahkan ada yang berusia 207 tahun, yaitu PG Meritjan yang berlokasi di Kediri.
Baca Lainnya :
- Empatlawang Targetkan 33 Ribu Hektare untuk Pajale0
- Manfaatkan Limbah Untuk Kesuburan Tanah0
- Kaltara Rancang Kawasan Industri Kecil Desa0
- INSPIRASI BISNIS: Limbah Pelepah Pisang Disulap Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi0
- Pemerintah Genjot Pengembangan Kawasan Industri Tanah Kuning0
"Pabrik Gula kita itu sebelum ada Glenmore di Jember, terakhir bangun pada 1985, baru ada Glenmore itu 3 tahun lalu. Yang dibangun 1985 itu pun pada 1991 tutup, itu di Kalimantan," kata Wahyu di kantornya, Kamis (9/3/2017).
Terlambatnya pembangunan PG tersebut dikarenakan investasi pembangunan PG baru sangat kompleks. Selain invesatsinya yang tinggi, kepastian mengenai pasokan tebu juga menjadi hal yang belum bisa dipastikan.
"Bangun PG itu tidak segampang bangun pabrik untuk kelapa sawit. Kita bangun Glenmore kapasitas 6.000 TCD itu saja kita habiskan uang Rp 1,5-2 triliun," tegasnya.
Wahyu memaparkan, pembukaan lahan tebu juga membutuhkan waktu paling cepat 2 tahun. Belum lagi, pengadaan lahan hingga proses panen awal tebu sebelum giling memakan waktu 3 tahun.
Untuk itu, hal seperti ini yang menjadi tantangan pemerintah untuk bisa mensinergikan pembangunan pabrik baru yang dibarengi dengan semangat para petani untuk tetap menanam tebu. "Jadi ini kompleksitasnya kalau mau bangun pabrik baru,' tutup Wahyu. (Yas)
sumber : liputan6.com
