- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Menjaga Keabadian Kupu-Kupu melalui Ilmu Biosistematika
.jpg)
JAKARTA - Kupu-kupu merupakan
spesies yang sangat unik. Sekitar 30 persen dari kupu-kupu Indonesia merupakan
spesies endemik yang hanya terdapat di pulau-pulau tertentu. Keistimewaan ini
menarik untuk diungkap dan diabadikan, salah satunya lewat ilmu biosistematika,
cabang ilmu biologi yang mempelajari keanekaragaman hayati dan hubungan evolusi
antar organisme.
"Di dunia dikenal sekitar 17.500 spesies kupu-kupu.
Indonesia memiliki lebih dari 2.250 spesies dan 5.000 subspesies kupu-kupu.
Namun informasi ini masih memerlukan konfirmasi dan validasi data, yang
didukung oleh data keberadaan berbagai spesies di berbagai area agar status
berbagai spesies tersebut dapat diketahui," ungkap Peneliti Ahli Utama
Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),
Djunijanti Peggie, saat menyampaikan Orasi Ilmiah dalam Sidang Terbuka Pengukuhan
Profesor Riset BRIN, di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Rabu (16/7).
Ketertarikan Peggie terhadap kupu-kupu, membawanya ke puncak
karier sebagai periset menjadi profesor. Wanita yang telah berkecimpung menjadi
peneliti sejak 1994 itu, telah menghasilkan 75 karya tulis ilmiah (KTI), serta
aktif dalam anggota Masyarakat Zoologi Indonesia sejak tahun 1991, dan anggota
Perhimpunan Biologi Indonesia (2013–sekarang). "Pengungkapan biodiversitas
kupu-kupu Indonesia merupakan hal esensial yang perlu dilakukan untuk menunjang
konservasi," ucapnya.
Baca Lainnya :
- GAUL’S Sunter: Saat Saya Sadar, Pilah Sampah Bisa Jadi Awal Perubahan Besar0
- Masyarakat Adat Tabalsupa Tolak Pertambangan Nikel di Pegunungan Cykloop Papua0
- Strategi Omics Terpadu: Fondasi Ketahanan Tanaman Pertanian0
- Belum Padam: Korban Kabut Asap di Sumsel Ajukan Banding ke Pengadilan Tinggi0
- Riset Paleotsunami Catat Tsunami Raksasa 1.800 Tahun Lalu di Selatan Jawa0
Bagi Peggie, kupu-kupu bukan hanya hanya indah , tapi juga
punya berperan dalam ekosistem alam. Kupu-kupu berperan sebagai salah satu
serangga penyerbuk. Dalam rantai makanan, kupu-kupu berperan sebagai pakan bagi
pemangsanya, dan sebagai pemakan tumbuhan (herbivora) pada fase ulat.
"Kupu-kupu juga menjadi indikator kualitas lingkungan, dan dapat digunakan
sebagai obyek dalam berbagai penelitian," terangnya.
Keindahan kupu-kupu membuatnya menjadi sumber daya hayati
yang diminati kolektor sehingga bernilai ekonomi tinggi, namun hal ini
sekaligus juga memberikan tekanan negatif bagi keberlangsungannya. "Selain
berbagai manfaat yang telah diungkapkan di atas, ada nilai tambah secara
intrinsik yang dimiliki oleh kupu-kupu, yaitu bernilai biophilia atau disukai
banyak orang," katanya.
Dalam orasinya, Peggie menyampaikan bahwa laju penurunan
populasi kupu-kupu masih tinggi akibat fragmentasi habitat, polusi pestisida,
perubahan iklim, dan ancaman spesies invasif. Ia juga menyoroti risiko
perburuan kupu-kupu eksotis oleh kolektor. “Upaya konservasi harus dilakukan
secara komprehensif dan melibatkan semua pemangku kepentingan,” tegasnya.
Peggie juga mengangkat kisah tentang spesies kupu-kupu
endemik Papilio lampsacus yang langka dan sempat diduga punah. Penemuan kembali
foto kupu-kupu ini diunggah ke iNaturalist oleh seorang fotografer, dan menjadi
bukti betapa pentingnya pelibatan publik dalam monitoring biodiversitas yang
rentan.
Maka dari itu, menurut Peggie, penangkaran spesies kupu-kupu
langka dan peningkatan kualitas ekowisata berbasis komunitas adalah dua pilar
penting yang harus segera dikembangkan dengan fasilitasi dan kebijakan konkret.
Aplikasi Kupunesia untuk Kedaulatan Data
Kupu-kupu Indonesia
Wanita peraih Doktor di bidang Entomologi dari Cornell
University, Amerika Serikat pada tahun 2002 itu, menekankan bahwa pengungkapan
kekayaan spesies kupu-kupu Indonesia bukan semata-mata upaya ilmiah, melainkan
kebutuhan strategis untuk konservasi jangka panjang.
Peggie menyarankan pengembangan program ekowisata berbasis
taman kupu-kupu maupun observasi langsung di habitat alami sebagai solusi
strategis yang dapat menyentuh aspek lingkungan, ekonomi, hingga edukasi.
“Perlindungan kupu-kupu harus berjalan beriringan dengan pemanfaatan yang
berkelanjutan,” ujarnya.
Satu satu upaya penting yang dilakukan oleh Peggie adalah
bagaimana inovasi teknologi dan pelibatan publik, atau citizen science, dapat
menjembatani keterbatasan sumber daya riset. Melalui Aplikasi Kupunesia, yang
dirilis pada November 2022, masyarakat luas kini dapat turut serta mencatat,
memotret, dan melaporkan temuan kupu-kupu dari seluruh pelosok Indonesia.
Kupunesia, sebuah aplikasi Android yang lahir dari semangat
kemandirian data, menyediakan Panduan Identifikasi serta Checklist kupu-kupu
Indonesia. Dengan tampilan foto representatif dan format entri yang mudah
digunakan, aplikasi ini telah menghimpun ribuan data spesies dalam waktu
singkat.
“Dalam dua tahun terakhir, kontribusi sukarelawan melalui
Kupunesia telah menghasilkan akselerasi pengetahuan yang tidak akan mungkin
tercapai hanya oleh segelintir peneliti,” jelas Peggie. Melalui semangat
kolektif ini, fase pradeWasa dari 136 spesies kupu-kupu Jawa berhasil diungkap.
Bahkan, untuk 29 spesies, data tersebut merupakan informasi pertama yang pernah
dicatat dalam sejarah ilmu biologi Indonesia.
Kupunesia dikembangkan tidak hanya untuk mengenali
kupu-kupu, tetapi juga menjaga kedaulatan data hayati Indonesia. Berbeda dengan
platform global seperti iNaturalist, Kupunesia dibangun secara mandiri, dengan
semangat gotong royong dari para penggemar alam, fotografer, dan akademisi.
Dengan sistem verifikasi dan pengumpulan foto dari seluruh
Nusantara, aplikasi ini menjadi pangkalan data nasional yang terus tumbuh.
Peggie menekankan pentingnya dukungan pemerintah dan sektor swasta dalam
memperluas cakupan dan fungsi Kupunesia, agar dapat menjangkau seluruh pelosok
dan menjadi acuan kebijakan konservasi kupu-kupu di Indonesia. (jml)
