- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Crunomys Tompotika, Spesies Baru Tikus Hutan dari Gunung Tompotika
.jpg)
CIBINONG - Tim peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi
(PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bersama mitra riset dari
Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Malaysia berhasil melaporkan penemuan
spesies baru tikus hutan endemik Sulawesi, Crunomys tompotika.
Penelitian ini merupakan
bagian dari kajian sistematika dan biogeografi mamalia Asia Tenggara yang
menyoroti keragaman tikus hutan. Hasil studi menunjukkan bahwa Sulawesi, dengan
sejarah geologinya yang unik, kembali menghadirkan temuan penting bagi dunia
sains.
Peneliti PRBE BRIN, Anang Setiawan Achmadi, menjelaskan, Crunomys tompotika dideskripsikan dari spesimen yang dikoleksi di kawasan Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah. Hewan ini memiliki ukuran tubuh sedang, ekor relatif pendek dibandingkan panjang tubuh, serta bulu rapat dengan tekstur khas kelompok Crunomys.
Baca Lainnya :
- Atlet Kroasia Tahan Napas 29 Menit di Bawah Air, Kalahkan Mamalia Laut0
- Lasem: Episentrum Peradaban Maritim dan Galangan Kapal Kuno Jawa0
- Translokasi Badak Jawa: Upaya Nyata Selamatkan Spesies Ikonik0
- FIFest2025 Ajang Strategis Memperkuat Budaya Memberi, Berkolaborasi dan Berkelanjutan0
- Jejak Ingatan Arsitek dan Kolektor Seni Hendra Hadiprana Dalam Pameran Retrospeksi Napak Tilas Seni0
Habitatnya berupa hutan
pegunungan alami dengan vegetasi lebat yang relatif masih terjaga. “Penemuan
ini menambah daftar panjang mamalia endemik Sulawesi yang terus bertambah
seiring eksplorasi lapangan yang lebih intensif,” kata Anang.
Selain mendeskripsikan
spesies baru, jelas Anang, penelitian ini merevisi taksonomi besar dengan
menyatukan seluruh anggota Maxomys (tikus berduri/spiny rats) ke dalam
genus Crunomys.
“Analisis ribuan penanda
DNA, termasuk data genomik resolusi tinggi, menunjukkan bahwa Maxomys tidak
membentuk kelompok yang utuh (non-monofiletik) jika dipisahkan dari Crunomys.
Oleh karena itu, revisi ini dianggap paling tepat untuk mencerminkan hubungan
evolusi sebenarnya,” jelas Anang.
Dia menegaskan pentingnya
penelitian biodiversitas secara berkelanjutan. “Penemuan Crunomys
tompotika menunjukkan pentingnya eksplorasi lapangan dan kolaborasi
internasional dalam mengungkap keragaman mamalia di Sulawesi. Hasil ini menjadi
bukti nyata bahwa masih banyak kekayaan hayati Indonesia yang menunggu untuk
dipelajari lebih dalam,” katanya.
Sejak 2012, lebih dari 20
spesies baru mamalia berhasil dideskripsikan dari Sulawesi, menunjukkan betapa
kayanya fauna endemik yang terus diungkap melalui penelitian. Dengan adanya
tambahan spesies baru, para ahli menegaskan pentingnya upaya eksplorasi biodiversitas
di kawasan Wallacea, yang hingga kini masih kurang terwakili dalam studi
biologi dibandingkan kawasan lain di Indonesia.
“Penemuan spesies baru
Crunomys dari Sulawesi ini membuka jendela baru terhadap sejarah evolusi hewan
kecil di wilayah Wallacea, serta menegaskan pentingnya klasifikasi ulang pada
tingkat genus untuk memahami keanekaragaman mamalia Indonesia secara lebih
akurat,” ujar Anang.
Kolaborasi lintas negara,
sambung dia, memungkinkan pemanfaatan teknologi genomik terkini serta
memperluas cakupan data biogeografi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang
lebih komprehensif mengenai sejarah evolusi mamalia di Asia Tenggara.
Penemuan Crunomys
tompotika sekaligus membuka peluang penelitian lebih lanjut, baik
terkait ekologi maupun interaksinya dalam ekosistem hutan Sulawesi. “Data ini
diharapkan menjadi pijakan penting memperkuat kebijakan konservasi dan memacu
riset lanjutan dalam mendokumentasikan kekayaan hayati Indonesia,” pungkas
Anang.
Hasil penelitian lengkap
telah diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah Internasional, Journal of Mammalogy,
Volume 106(4): 832–858, pada 13 Juni 2025, dengan judul Systematics and
historical biogeography of Crunomys and Maxomys (Muridae: Murinae), with the
description of a new species from Sulawesi and new genus-level classification.
