MOCA Singapura Panggungkan A Path to Glory
Paduan Legenda Sastra Silat dan Patung Kontemporer

By PorosBumi 08 Jul 2025, 13:02:17 WIB Ornamen
 MOCA Singapura Panggungkan A Path to Glory

MOCA Singapura menampilkan pameran unik. Sebuah tafsiran visual silat Tiongkok kuno yang berpusat pada petualangan para pendekar, seni bela diri dan elemen kisah fantastis di tangan pematung Ren Zhe.

Ren Zhe piawai mewujudkan seni beladiri Wuxia dalam puluhan novel karya sastrawan Cersil (Cerita Silat) Jin Yong, ditransformasikan dalam karya bermateri stainless steel.  

William Wong, Kurator muda yang mengamati pematung Ren Zhe dalam mempresentasikan pamerannya berjuluk ‘A Path to Glory’ di Singapura mengatakan Ren Zhe perupa yang menakjubkan.

Baca Lainnya :

“Ia pematung yang mampu dengan cakap menafsirkan ulang kepiawaian penulisan sastra Jin Yong. Ren Zhe mengimajinasikan tokoh-tokoh novel keluar dari teks tulis dan menyajikannya di hadapan kita, seolah-olah mereka—para pendekar seni bela diri yang dikenal di Tiongkok dengan Wu Xia itu melampaui fiksi” ujar Wong, dalam rilis MOCA Singapura awal Juli ini.

Kisah-kisah yang ditulis sastrawan Jin Yong, mengingatkan pada serial TV Condor Heroes di Tanah Air dari tahun 80-an, yang juga tenar dengan novelnya tentang Pendekar Pemanah Rajawali.

Pameran Ren Zhe, memang konsisten mengambil inspirasi dari budaya tradisional dan secara inovatif memadukan estetika Timur dengan perspektif kontemporer. Ia memadukan secara harmonis formasi artistik yang kuat dari setiap tokoh dengan esensi sastra Jin Yong.

Sementara itu, President MOCA (Museum of Contemporary Art), Linda Ma mengakui bahwa sebagai generasi ketiga peranakan Tionghoa di Indonesia, ia tumbuh besar dengan membaca novel-novel seni beladiri Wuxia.

“MOCA Singapura mendapatkan kehormatan besar bisa mewujudkan pameran di Singapura dengan menampilkan lebih dari 40 patung berskala besar di satu ruang museum. Sebuah kerja menantang namun menggembirakan, yang saya yakini akan menghadirkan pengalaman budaya yang belum pernah ada sebelumnya bagi masyarakat Singapura” imbuh Linda Ma bersemangat.

Karya -karya pematung Ren Zhe menghidupkan ulang relasi sastra Jin Yong dengan Kota Singa, dengan memelihara benih Nanyang yang ditabur puluhan tahun lalu lewat bahasa seni rupa sekaligus menikmati cara unik memadukan seni dan cagar budaya khas kultur Tiong Hwa.

 

 

 

 

 

 

“Dari kekayaan fantasi dan budaya Tiongkok sampai Kota Singa, Singapura nyala api kesatria terus diwariskan seperti obor abadi dan dihidupkan ulang oleh Ren Zhe, yang patung-patungnya telah melebur dan meloncati budaya melintasi gunung dan lautan dengan mengukir kisah-kisah  seni bela diri Wuxia di zaman kita”, tutur Kurator Seni William Wong.

Wong juga berharap semangat sastra Jin Yong lebih mendepankan keutamaan kesatria. Yang novel-novel Jin Yong yang diadaptasi oleh pematung Ren Zhe, menyerupai kekuatan hati yang tak kenal takut, sebilah pedang, meneruskan semangat pantang menyerah menuntun kita maju, dan membangun kenangan abadi.

Patung-patung Ren Zhe tidak hanya memberi apresiasi tinggi kepada dunia kisah seni beladiri, Wuxia milik Jin Yong, tetapi juga berfungsi sebagai ekspresi visual mendalam dari rasa empati terhadap semangat penokohan para kesatria, yang disampaikan melalui bahasa artistik Ren Zhe.

Sastrawan Jin Yong selian meninggalkan jejak kuat di Indonesia, saat sama mendapatkan aklamasi global sebab komitmen seumur hidup dengan menampilkan lebih dari 1400 karakter-karakter tokoh dalam puluhan novelnya. Karakter-karakter itu menawan dan kompleks antara figur-figur ahli martial art yang mewarnai kultur Tiong Hwa di seluruh dunia.

Tokoh-tokoh fiktif karya Jin Yong yang kini jadi patung-patung secara fisik, dulunya  dipilih oleh Kementerian Pendidikan Singapura untuk dimasukkan dalam kurikulum bahasa Mandarin di sekolah. Agar menginspirasi generasi muda untuk mengeksplorasi kekayaan budaya Tiongkok global.

Legenda cerita klasik Ji Yong memang secara masal mempengaruhi sejarahi film, serial TV, serial komik, drama radio, dalam beberapa dasawarsa terkahir, bahkan memberi pengaruh kuat pun mendalam pada integrasi sastra kontemporer dan budaya popular kata banyak pengamat sastra dan seni di Asia.

Pada akhirnya, Linda Ma, yang di dikenal dii Indonesia sebagai owner Linda Gallery menuturkan “Kami sekarang sedang merencanakan dan mempersiapkan dengan matang untuk meneruskan pameran patung Ren Zhe yang luar biasa ini di Indonesia. Sebagai eksposisi solo keduanya di Asia Tenggara, saya berharap apresian seni Tanah Air bisa menyaksikannya kelak”. (bambang asrini widjanarko)

 

 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment