- Filosofi Kaya Lintas Generasi Orang-Orang China
- Wisata Pulau-Pulau Cantik di Aceh yang Wajib Dikunjungi
- Hari Populasi Dunia, Kampanye Tanam Pohon di Bedono Jadi Contoh Mitigasi Abrasi Pesisir
- Sering Lihat Harga Emas Naik-Turun? Begini Cara Cuan dari Pergerakan Emas!
- Tim PkM UNY Gelar Workshop Perempuan Islam Berkemajuan untuk Mewujudkan Peradaban Utama
- AHY Tegaskan Pentingnya Infrastruktur Transportasi Dorong Pertumbuhan Kawasan
- Teknologi Layar Hisense Mendukung Tampilan VAR di FIFA Club World Cup 2025™
- Fakta dan Mitos Seputar MSG: Apakah Benar Membahayakan Tubuh?
- Disabilitas Tak Menghentikan Junar Asunyi Menuai Harapan Lewat Konten Karier & HR
- LindungiHutan Dorong Tebus Jejak Karbon dengan Penanaman Pohon
Hari Populasi Dunia, Kampanye Tanam Pohon di Bedono Jadi Contoh Mitigasi Abrasi Pesisir
(1).jpg)
SEMARANG — Kampanye tanam pohon yang
digelar di pesisir Desa Bedono, Kabupaten Demak, menjadi salah satu inisiasi
langkah konkret dalam menghadapi ancaman abrasi untuk pemulihan populasi.
Menjelang hari populasi dunia, kegiatan ini relevan tidak hanya menjadi bagian
dari upaya pemulihan lingkungan, tetapi juga diharapkan menjadi contoh mitigasi
pesisir yang bisa diterapkan di wilayah terdampak lainnya.
Kampanye penghijauan bertajuk #AMillionTree-Bedono ini
menggalang dukungan publik untuk menanam 100.000 pohon mangrove di beberapa
wilayah pesisir, termasuk Desa Bedono. Saat ini, inisiatif tersebut masih
berada pada tahap pengumpulan donasi dan ditargetkan akan mencapai penanaman
penuh pada awal tahun 2026.
Apabila target pohon tercapai, maka penanaman mangrove jenis
Rhizophora dalam jumlah besar ini diproyeksikan mampu menyerap emisi karbon
hingga sekitar 4.740 ton CO₂ per tahun. Estimasi tersebut mengacu pada
rata-rata kapasitas penyerapan pohon Rhizophora, yakni sekitar 47,4 kilogram
CO₂ per pohon per tahun. Selain berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan
iklim, kegiatan ini juga diharapkan memperkuat ketahanan ekosistem pesisir yang
selama ini sangat rentan terhadap abrasi dan kenaikan muka air laut.
Baca Lainnya :
- LindungiHutan Dorong Tebus Jejak Karbon dengan Penanaman Pohon0
- Menhut Resmikan Pusat Komando Penegakan Hukum Kehutanan Bali–Nusa Tenggara0
- LindungiHutan Rilis Data CSR Teraktif dalam Aksi Tanam Pohon 20250
- AHY: Ini Call to Action, Kita Tidak Tinggal Diam Saat Bumi Terluka0
- Greenpeace Dorong Tanggung Jawab Produsen untuk Lebih Serius Menangani Sampah Plastik 0
Urgensi kampanye ini tak lepas dari kondisi kritis yang
dialami Desa Bedono. Terletak di Kecamatan Sayung, wilayah ini tercatat sebagai
salah satu daerah pesisir dengan tingkat abrasi paling parah di Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian, sepanjang 1990 hingga 2019, Desa Bedono
kehilangan lahan seluas 331,35 hektare akibat abrasi, angka tertinggi
dibandingkan desa-desa sekitar, dengan laju kerusakan mencapai rata-rata 122
hektare per tahun pada periode 2003–2007.
Dampak kerusakan juga terlihat dari menurunnya vegetasi
mangrove, terutama luasan mangrove yang awalnya mencapai sekitar 235 ha di
tahun 2016, terjun turun menjadi 168 ha pada 2021, menyusut sebesar 67 ha atau
sekitar 28 %. Kondisi ini melemahkan pertahanan alami pesisir terhadap
gelombang tinggi dan rob, serta mempercepat intrusi air laut.
Lebih lanjut, studi menunjukkan bahwa sekitar 200 unit rumah
penduduk telah tenggelam ke dalam laut dalam dua dekade terakhir akibat abrasi
dan banjir rob. Akibatnya, banyak warga harus direlokasi dan kehilangan mata
pencaharian yang semula bergantung pada pertanian dan tambak
Penanaman mangrove dipilih sebagai bentuk adaptasi berbasis
ekosistem (EbA) untuk memperlambat dampak abrasi dan memperbaiki kualitas
lingkungan pesisir. Jenis Rhizophora memiliki akar tunjang yang kuat dan
terbukti efektif dalam menahan gelombang air laut.
Kegiatan ini merupakan bagian dari target jangka panjang
penanaman 1 juta pohon di berbagai wilayah rentan iklim di Indonesia. Proses
penanaman di Bedono dilakukan secara bertahap, dengan jadwal tanam berikutnya
apabila target yang ditetapkan tercapai.
Selain fungsi ekologis, program ini juga berdampak pada
aspek sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Sejumlah kelompok petani dan warga
sekitar dilibatkan dalam kegiatan pembibitan, penanaman, dan pemantauan, yang
menjadi sumber penghasilan alternatif di tengah menurunnya hasil tangkapan laut
akibat perubahan iklim.
Berdasarkan laporan dari platform penghijauan yang
memfasilitasi kegiatan ini, donasi masih terus dibuka hingga 29 Desember 2025,
dengan pelaporan kemajuan dilakukan secara berkala. Setiap masyarakat yang
peduli lingkungan, terbuka untuk turut serta berdonasi, mendukung kesuksesan
kampanye ini.
Hari Populasi Dunia yang diperingati setiap tahun oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi momentum untuk menyoroti dampak
pertumbuhan penduduk terhadap sumber daya alam, ketahanan iklim, dan
keberlanjutan lingkungan hidup. Kampanye seperti di Bedono menunjukkan bahwa
keterlibatan publik dalam skala mikro dapat berkontribusi terhadap isu makro
seperti krisis iklim dan kerusakan lingkungan pesisir.
