- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Desa Bedono Tenggelam, Petani Ini Terus Menanam Mangrove untuk Bertahan
(1).jpg)
DEMAK - Di tengah hantaman abrasi yang
kian mengikis daratan dan tumpukan sampah plastik yang mencemari pesisir,
seorang petani mangrove dari Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak,
menjadi simbol harapan bagi lingkungan sekitar. Namanya Ihwanudin. Ia telah
bertahun-tahun mendedikasikan hidupnya untuk menanam dan merawat mangrove di
pesisir yang terus terancam tenggelam.
Desa Bedono merupakan salah satu wilayah yang paling
terdampak abrasi di pesisir utara Jawa. Sejak 1985, garis pantainya terus
mundur akibat kombinasi faktor seperti penurunan muka tanah (subsidence),
konversi hutan mangrove menjadi tambak, dan dampak reklamasi wilayah pesisir
Semarang.
Dalam dua dekade terakhir, lebih dari 200 bangunan di desa
ini lenyap diterjang laut. Jalanan yang dulu menghubungkan kampung-kampung kini
berubah menjadi hamparan air asin. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya sampah
plastik yang menumpuk di sekitar akar mangrove, mengganggu pertumbuhan tanaman
sekaligus menghambat proses penyerapan karbon alami.
Baca Lainnya :
- Unggul se Asia-Pasifik, SDN Papela Rote Ndao Menang Kompetisi Sekolah Tersehat AIA 20250
- PIS & doctorSHARE Hadirkan Rumah Sakit Kapal Layani Masyarakat 3T di Papua 0
- Kisah Tragis Fientje de Feniks: Pelacur Batavia yang Mati di Kali Baru0
- Menhut Gagas Syarat Pendakian Berdasar Level Kesulitan Suatu Gunung 0
- Kemandirian Pangan, Koperasi dan Seni, Sebuah Utopia?0
Namun, di tengah situasi tersebut, Ihwanudin tetap bertahan.
Ia memilih tidak mengungsi seperti banyak warga lainnya. Sejak tahun 2017, Ia
aktif menanam bibit mangrove di area pesisir yang terendam. Dalam diam,
Ihwanudin dan kelompok tani lokal mencoba mengembalikan fungsi ekologis
mangrove sebagai pelindung garis pantai, rumah bagi biota laut, serta penjaga
keseimbangan iklim.
Meski hidup dalam keterbatasan, semangatnya tak luntur.
Setiap hari, Ia menyusuri perairan dangkal sambil membawa bibit, mencabut
sampah plastik, dan menancapkan harapan satu per satu ke dalam lumpur.
Upaya ini tak Ia lakukan sendiri. Berkat kolaborasi dengan
platform LindungiHutan, Ihwanudin kini mendapat dukungan dari berbagai pihak,
termasuk perusahaan, komunitas, dan individu yang peduli lingkungan.
Hingga Juli 2025, sudah lebih dari 200+ kampanye alam
dilaksanakan di Bedono, menghasilkan penanaman lebih dari 98.000 bibit mangrove
yang mencakup area sekitar 4 hektar. Jenis mangrove yang ditanam sebagian besar
adalah Rhizophora, yang dikenal tangguh dalam mempercepat sedimentasi,
menstabilkan tanah, dan menyaring polusi organik maupun kimia.
Beberapa mitra yang telah turut mendukung, antara lain PT
Sinar Lediane Indonesia, La’dor, dan DBS Indonesia, dengan ribuan bibit ditanam
di masing-masing inisiatif. Kolaborasi ini juga mendorong edukasi masyarakat
lokal untuk terlibat aktif, mulai dari pengumpulan sampah, pembibitan, hingga
penanaman langsung.
Meskipun begitu, tantangan masih besar. Plastik yang terbawa
arus laut kerap menyangkut di akar-akar mangrove muda, menurunkan daya hidup
tanaman dan memperlambat pemulihan ekosistem. Di sinilah perjuangan seperti
yang dilakukan Ihwanudin menjadi sangat berarti.
“Kami butuh dukungan, baik tenaga, dana, atau donasi bibit.
Ini bukan hanya untuk Bedono, tapi untuk semua pesisir Indonesia,” ujarnya
singkat, tetapi penuh makna.
Melalui kisah Ihwanudin, kita diingatkan bahwa perubahan
bisa dimulai dari langkah kecil dan ketekunan. LindungiHutan mengajak
masyarakat luas untuk ikut ambil bagian dalam menjaga mangrove di Desa Bedono
dan daerah rawan abrasi lainnya. Tanpa dukungan kolektif, kerusakan lingkungan
akan terus menggerus masa depan desa-desa pesisir.
