Merdeka Dari Kemiskinan, Kelaparan, dan Penderitaan

By PorosBumi 17 Agu 2025, 10:13:03 WIB Tilikan
Merdeka Dari Kemiskinan, Kelaparan, dan Penderitaan

Hendri Irawan

Pemimpin Redaksi porosbumi.com

 

Baca Lainnya :

KEMERDEKAAN di zaman sekarang mesti dimaknai dalam dua sisi yang saling berkaitan. Tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menyambut masa depan dengan inovasi dan semangat baru. Dengan mengenang masa lampau, bisa membangun rasa cinta terhadap negara, menghormati jasa para pahlawan, dan mendorong pemersatuan bangsa. Sedangkan menyambut masa depan, berarti siap menghadapi tantangan dan meraih semua potensi di masa mendatang yang berdaulat dan maju.

Hari ini, Minggu 17 Agustus 2025, bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan ke-80 tahun. Jika diukur dengan fase kehidupan manusia, umur 80 tahun sudah dikategorikan usia manula (manusia lanjut usia). UU RI No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia, pada Bab Pasal 1 Ayat 2 mengatakan, “lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas”.

Menurut Kosasih (2002), masyarakat mengasumsikan manula sebagai pribadi yang tidak berdaya dan tidak mandiri, sehingga senantiasa memerlukan perawatan dari orang lain. Selain penurunan kondisi fisik, manula juga mengalami berbagai masalah psikologi yang di antaranya merasa kesepian, depresi, kecemasan dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu diperlukan pelayanan pada usia lanjut yang harus ditangani dengan perhatian khusus dari pihak keluarga maupun perawat manula.

Berbeda dengan manula, kemerdekaan suatu bangsa atau negara, dalam hal ini kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-80 tahun tentu punya makna tersendiri. Dan, Indonesia bukan manula sebagaimana yang dimaksud oleh Kosasih. Apalagi, di usianya ke-80 tahun yang mengusung tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” mencerminkan semangat dan tekad bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan. Tema besar ini merupakan visi besar negara yang diperjuangkan bersama oleh pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia.

“Bersatu Berdaulat” bermakna semangat yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi kerukunan antar warga dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan “Rakyat Sejahtera” merefleksikan komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk menyejahterakan rakyat. Melalui 8 Asta Cita, 17 program prioritas, dan 8 Program Hasil Terbaik Cepat, pemerintah fokus memastikan kesejahteraan masyarakat. Adapun “Indonesia Maju”, menggambarkan cita-cita bersama untuk menjadi negara maju dengan cara meningkatkan daya saing global, pembangunan infrastruktur, dan tercapainya visi “Indonesia Emas”.

Secara gamblang, tema HUT Kemerdekaan ke-80 RI ini, mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk melanjutkan pembangunan dengan semangat estafet, saling bekerja sama, berkolaborasi, dan bersinergi untuk mencapai tujuan bersama. Tema ini juga menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai banyak prestasi yang membuat posisi negara ini menguntungkan dalam melanjutkan gerak pembangunan.

Presiden Prabowo Subianto dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI, Sidang Bersama DPR dan DPD RI, di Gedung Nusantara, Jakarta, Jumat (15/8/2025), mengungkap sejumlah capaian itu, terutama terkait program pangan seperti intensifikasi, penyaluran pupuk, hingga menaikkan harga gabah. Hasilnya, Indonesia surplus beras dengan stok lebih dari 4 juta ton, tertinggi dalam sejarah NKRI. Untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, Indonesia kembali mengekspor beras dan jagung.

Isu pangan menyedot sebagian besar isi pidato Pesiden Prabowo. Kata pangan muncul sembilan kali dalam pidatonya. Prabowo memfokuskan isu pangan pada upaya untuk lebih berdaulat. "Tujuan kita merdeka adalah untuk merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kelaparan, merdeka dari penderitaan. Negara kita harus bisa berdiri di atas kaki sendiri, berdaulat secara ekonomi, dan mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri," ujar Prabowo dalam pidatonya.

Sebelum mengungkap capaian dan sederet program yang mesti dituntaskan, dalam pembuka pidatonya Prabowo mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menghargai jasa para pemimpin terdahulu, mulai dari Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo, yang telah meletakkan fondasi penting bagi kemajuan Indonesia. Setelah itu, dengan runut dan penuh semangat 45, barulah Prabowo menyebut sejumlah isu penting mulai dari pangan, kesehatan, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, korupsi, pertahanan hingga isu geopolitik.

Berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, Prabowo juga membahas secara khusus isu tambang ilegal. Munculnya isu ini terbilang tidak biasa, mengingat biasanya tidak muncul secara khusus di pidato kenegaraan. Prabowo menyatakan bahwa ia telah menerima laporan terkait dengan maraknya tambang ilegal. Tak tanggung-tanggung, ada sebanyak 1.063 tambang ilegal di Indonesia. Atas hal itu, ia menegaskan untuk menindak tambang-tambang ilegal tersebut.

Dalam pidatonya, Presiden juga menyinggung soal pemberantasan korupsi, terutama keberhasilan pemerintah mengamankan Rp300 triliun anggaran yang rawan diselewengkan. Dana tersebut kini dialihkan ke sektor produktif untuk kesejahteraan rakyat. Dia mengingatkan korupsi adalah masalah besar di bangsa kita. Perilaku korupsi ada di setiap eselon birokrasi, di institusi pemerintahan, di BUMN, dan BUMD.

"Ini bukan fakta yang harus kita tutupi. Saya mengetahui betapa besar tantangan dan penyelewengan di lingkungan pemerintahan kita. Hal ini tidak baik, tetapi harus saya laporkan kepada wakil rakyat. Kekuasaan absolut akan menjadi korup secara absolut," tuturnya.

Masih dalam pidatonya, Presiden menyebutkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,12% di tengah ketidakpastian global. Investasi semester pertama 2025 naik 13,6% menjadi Rp942 triliun dan menyerap 1,2 juta tenaga kerja. Program Makan Bergizi Gratis pun sudah menjangkau 20 juta anak dan ibu hamil setiap hari. “Kami membentuk 5.800 Satuan Pemenuhan Gizi di 38 provinsi dan membuka 290.000 lapangan kerja baru,” jelas Prabowo.

Pendidikan juga menjadi prioritas. Pemerintah membangun 100 Sekolah Rakyat untuk keluarga miskin, menargetkan 200–300 sekolah per tahun, membentuk 20 Sekolah Unggul Garuda, 80 Garuda Transformasi, serta memperbanyak SMA Taruna Nusantara. Pemrintah juga menambah 148 prodi baru di 57 fakultas kedokteran, merenovasi 13.000 sekolah, dan 1.400 madrasah.

Dalam pemberdayaan ekonomi desa, pemerintah membentuk 80.000 koperasi untuk menekan harga kebutuhan pokok dan menggerakkan ekonomi lokal. Di sektor sumber daya alam, 3,1 juta hektare sawit ilegal sudah dikuasai kembali dan 1.063 tambang ilegal ditindak. “Tidak ada yang kebal hukum, termasuk pejabat atau anggota partai,” tegas Prabowo.

Pertahanan negara juga diperkuat dengan pembentukan 6 Kodam baru, 14 Koda Laut, 3 Koda Udara, dan unit pasukan khusus tambahan. “Doktrin kita adalah pertahanan rakyat semesta, dengan politik luar negeri bebas aktif. Seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak,” ujarnya.

Isu geopolitik juga tak lepas dari fokus pidato Prabowo. Dia menyampaikan sejumlah capaian diplomasi ekonomi Indonesia pada masa kepemimpinannya yang telah berjalan 299 hari. Indonesia saat ini telah memutuskan untuk bergabung dengan aliansi dagang yang berisikan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, atau pakta dagang BRICS. Ini terjadi berkat hubungan Indonesia yang baik dengan seluruh negara-negara tersebut.

Prabowo juga menyebutkan Indonesia telah berhasil merampungkan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa (UE) dalam kerangka Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Ini juga didorong kedekatan RI dengan negara-negara yang berada dalam blok Benua Biru, seperti Prancis. Prabowo juga melaporkan mencapai berbagai kemajuan yang cukup berarti di tengah konflik politik ekonomi secara global perang dagang.

"Kita sahabat sama Malaysia kita satu rumpun, tapi selalu politik divideet impera selalu ada. Jangan kita naif jangan kita terus menerus mau di adu domba." Menutup pidatonya, Presiden mengajak seluruh pihak untuk terus bekerja sama demi Indonesia yang lebih maju. “Kami ingin nelayan kita sejahtera, dan ini bukan mimpi. Ini kerja nyata,” pungkasnya.

 

Hadirnya Negara Secara Utuh Untuk Rakyat

Patut diakui, saat berpidato di hadapan legislatif, eksekutif, yudikatif, dan juga perwakilan negara asing, Prabowo mampu menghidupkan suasana dan membuat peserta sidang memberi tepuk tangan meriah. Situasi ini tentu tak lepas dari kemampuan atau kekuatan komunikasi politik yang dimiliki oleh Prabowo. Di awal pidato Presiden Prabowo memperjelas makna dari Pasal 33 UUD 1945 yang mengisyaratkan dengan jelas bahwa Presiden menginginkan negara harus hadir secara utuh terhadap rakyatnya, dan wajib dilaksanakan.

Pidato Prabowo merupakan harapan baru bagi masyarakat untuk sebuah keadilan dan kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana kabinet ini, sebagai pembantu Presiden, bisa mengimplementasikan atau menjalankannya. Presiden Prabowo secara politik sudah sangat kuat, tetapi masalah yang sangat membutuhkan perhatian khusus adalah ekonomi rakyat yang masih sangat berat, sehingga semua isi pidato tersebut akan diingat sepanjang sejarah apabila berhasil diwujudkan secara konkret.

Dan, tidak dapat dipungkiri tentu masih ada kekhawatiran di kalangan masyarakat, apakah isi pidato Presiden tersebut dapat dijalankan secara utuh oleh pejabat di bawahnya? Oleh karena itu, diharapkan masyarakat bisa berperan aktif untuk menjaga dan mengawasi kinerja pemerintah agar tepat guna. Apalagi, dalam pidatonyo Prabowo juga tak segan mengakui ada temuan-temuan terhadap kekurangan yang ada di masa kepemimpinannya yang harus diperbaiki.

Tentunya ini sebuah pelajaran yang baik, di mana pemimpin mampu dan bersedia menyatakan bahwa terdapat kekurangan secara utuh. Terlebih lagi mengenai teguran keras apabila ada mantan pejabat tertentu atau mantan jenderal (purnawirawan TNI/Polri) yang melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji, Presiden Prabowo tidak akan segan menindak.

Kembali ke hakikat peringatan HUT Kemerdekaan ke-80 RI - jika ditegaskan bahwa benar kita sudah merdeka, itu bisa dirasakan dengan sendirinya jika manusia Indonesia mempunyai karakter yang berakar pada nilai luhur bangsa, berjiwa nasionalis, berintegritas dan pribadi yang tangguh, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.

Bulan perayaaan kemerdekaan, 17 Agustus, haruslah dijadikan ajang untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi bangsa kita, Indonesia. Dan sudah barang tentu, kemajuan pendidikan menjadi pilar kemajuan bangsa Indonesia. Theodore Meyer Greene mengatakan, “Pendidikan merupakan upaya menyiapkan SDM untuk meraih kehidupan yang bermakna”. Dalam konteks kemajuan Indonesia dan menghadapi tantangan masa depan, manusia harus dipandang sebagai human capital yang dipersiapkan dengan sistem pendidikan yang baik untuk membangun karakter dan transfer knowledge.

Manusia belajar bukan mengejar nilai tetapi mempersiapkan hidup yang lebih baik. Membangun karakter manusia Indonesia sangat penting. Manusia Indonesia harus mempunyai karakter yang berakar pada nilai luhur bangsa, berjiwa nasionalis, berintegritas dan pribadi yang tangguh. "Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir." Konsep inilah yang ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Tentu, kita semua-sebagai anak bangsa berkewajiban mewujudkan apa yang dicita-citakan para pejuang bangs aini, dengan visi menjadi negara berdaulat, maju dan berkelanjutan. Karena kepedulian dan kesiapan masyarakat menjadi salah satu komponen mutlak yang harus diperhatikan. Perlu ada keinginan untuk memelihara, memperkuat kebersamaan, serta membangun kedamaian di tengah-tengah perbedaan yang ada. Ingatan-ingatan kolektif dulunya seluruh anak bangsa, para pahlawan berjuang gigih merebut kemerdekaan, senasib sepenanggungan dalam melawan penjajahan, mestilah dibangkitkan.

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment