- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Merdeka Dari Kemiskinan, Kelaparan, dan Penderitaan

Hendri Irawan
Pemimpin Redaksi porosbumi.com
Baca Lainnya :
- 24 Tahun UNMA Merajut Dunia Pendidikan di Provinsi Banten0
- Intervensi Strategis dan Jalan Optimisme Indonesia 0
- Libur Nasional 18 Agustus 20250
- Tanah Air: Puisi dan Lagu0
- Masyarakat Meratus Tolak Usulan Taman Nasional: Kedok Perampasan Wilayah Adat0
KEMERDEKAAN di zaman sekarang mesti
dimaknai dalam dua sisi yang saling berkaitan. Tidak hanya mengenang masa lalu,
tetapi juga menyambut masa depan dengan inovasi dan semangat baru. Dengan
mengenang masa lampau, bisa membangun rasa cinta terhadap negara, menghormati
jasa para pahlawan, dan mendorong pemersatuan bangsa. Sedangkan menyambut masa
depan, berarti siap menghadapi tantangan dan meraih semua potensi di masa
mendatang yang berdaulat dan maju.
Hari ini, Minggu 17 Agustus 2025, bangsa Indonesia merayakan
kemerdekaan ke-80 tahun. Jika diukur dengan fase kehidupan manusia, umur 80
tahun sudah dikategorikan usia manula (manusia lanjut usia). UU RI No 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Usia, pada Bab Pasal 1 Ayat 2 mengatakan, “lanjut
usia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas”.
Menurut Kosasih (2002), masyarakat mengasumsikan manula
sebagai pribadi yang tidak berdaya dan tidak mandiri, sehingga senantiasa
memerlukan perawatan dari orang lain. Selain penurunan kondisi fisik, manula
juga mengalami berbagai masalah psikologi yang di antaranya merasa kesepian,
depresi, kecemasan dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu diperlukan pelayanan
pada usia lanjut yang harus ditangani dengan perhatian khusus dari pihak
keluarga maupun perawat manula.
Berbeda dengan manula, kemerdekaan suatu bangsa atau negara,
dalam hal ini kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-80 tahun tentu punya makna
tersendiri. Dan, Indonesia bukan manula sebagaimana yang dimaksud oleh Kosasih.
Apalagi, di usianya ke-80 tahun yang mengusung tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat
Sejahtera, Indonesia Maju” mencerminkan semangat dan tekad bangsa Indonesia
dalam menghadapi tantangan masa depan. Tema besar ini merupakan visi besar
negara yang diperjuangkan bersama oleh pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia.
“Bersatu Berdaulat” bermakna semangat yang mencerminkan
karakter bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi kerukunan antar warga
dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan “Rakyat Sejahtera”
merefleksikan komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk menyejahterakan rakyat.
Melalui 8 Asta Cita, 17 program prioritas, dan 8 Program Hasil Terbaik Cepat,
pemerintah fokus memastikan kesejahteraan masyarakat. Adapun “Indonesia Maju”,
menggambarkan cita-cita bersama untuk menjadi negara maju dengan cara
meningkatkan daya saing global, pembangunan infrastruktur, dan tercapainya visi
“Indonesia Emas”.
Secara gamblang, tema HUT Kemerdekaan ke-80 RI ini, mengajak
seluruh rakyat Indonesia untuk melanjutkan pembangunan dengan semangat estafet,
saling bekerja sama, berkolaborasi, dan bersinergi untuk mencapai tujuan
bersama. Tema ini juga menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai banyak
prestasi yang membuat posisi negara ini menguntungkan dalam melanjutkan gerak
pembangunan.
Presiden Prabowo Subianto dalam Pidato Kenegaraan pada
Sidang Tahunan MPR RI, Sidang Bersama DPR dan DPD RI, di Gedung Nusantara,
Jakarta, Jumat (15/8/2025), mengungkap sejumlah capaian itu, terutama terkait
program pangan seperti intensifikasi, penyaluran pupuk, hingga menaikkan harga
gabah. Hasilnya, Indonesia surplus beras dengan stok lebih dari 4 juta ton,
tertinggi dalam sejarah NKRI. Untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun,
Indonesia kembali mengekspor beras dan jagung.
Isu pangan menyedot sebagian besar isi pidato Pesiden
Prabowo. Kata pangan muncul sembilan kali dalam pidatonya. Prabowo memfokuskan
isu pangan pada upaya untuk lebih berdaulat. "Tujuan kita merdeka adalah
untuk merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kelaparan, merdeka dari
penderitaan. Negara kita harus bisa berdiri di atas kaki sendiri, berdaulat
secara ekonomi, dan mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri," ujar
Prabowo dalam pidatonya.
Sebelum mengungkap capaian dan sederet program yang mesti
dituntaskan, dalam pembuka pidatonya Prabowo mengajak seluruh rakyat Indonesia
untuk menghargai jasa para pemimpin terdahulu, mulai dari Presiden Soekarno
hingga Presiden Joko Widodo, yang telah meletakkan fondasi penting bagi
kemajuan Indonesia. Setelah itu, dengan runut dan penuh semangat 45, barulah
Prabowo menyebut sejumlah isu penting mulai dari pangan, kesehatan, pertumbuhan
ekonomi, pendidikan, korupsi, pertahanan hingga isu geopolitik.
Berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, Prabowo juga
membahas secara khusus isu tambang ilegal. Munculnya isu ini terbilang tidak
biasa, mengingat biasanya tidak muncul secara khusus di pidato kenegaraan.
Prabowo menyatakan bahwa ia telah menerima laporan terkait dengan maraknya
tambang ilegal. Tak tanggung-tanggung, ada sebanyak 1.063 tambang ilegal di
Indonesia. Atas hal itu, ia menegaskan untuk menindak tambang-tambang ilegal
tersebut.
Dalam pidatonya, Presiden juga menyinggung soal
pemberantasan korupsi, terutama keberhasilan pemerintah mengamankan Rp300
triliun anggaran yang rawan diselewengkan. Dana tersebut kini dialihkan ke
sektor produktif untuk kesejahteraan rakyat. Dia mengingatkan korupsi adalah
masalah besar di bangsa kita. Perilaku korupsi ada di setiap eselon birokrasi,
di institusi pemerintahan, di BUMN, dan BUMD.
"Ini bukan fakta yang harus kita tutupi. Saya
mengetahui betapa besar tantangan dan penyelewengan di lingkungan pemerintahan
kita. Hal ini tidak baik, tetapi harus saya laporkan kepada wakil rakyat.
Kekuasaan absolut akan menjadi korup secara absolut," tuturnya.
Masih dalam pidatonya, Presiden menyebutkan pertumbuhan
ekonomi nasional mencapai 5,12% di tengah ketidakpastian global. Investasi
semester pertama 2025 naik 13,6% menjadi Rp942 triliun dan menyerap 1,2 juta
tenaga kerja. Program Makan Bergizi Gratis pun sudah menjangkau 20 juta anak
dan ibu hamil setiap hari. “Kami membentuk 5.800 Satuan Pemenuhan Gizi di 38
provinsi dan membuka 290.000 lapangan kerja baru,” jelas Prabowo.
Pendidikan juga menjadi prioritas. Pemerintah membangun 100
Sekolah Rakyat untuk keluarga miskin, menargetkan 200–300 sekolah per tahun,
membentuk 20 Sekolah Unggul Garuda, 80 Garuda Transformasi, serta memperbanyak
SMA Taruna Nusantara. Pemrintah juga menambah 148 prodi baru di 57 fakultas
kedokteran, merenovasi 13.000 sekolah, dan 1.400 madrasah.
Dalam pemberdayaan ekonomi desa, pemerintah membentuk 80.000
koperasi untuk menekan harga kebutuhan pokok dan menggerakkan ekonomi lokal. Di
sektor sumber daya alam, 3,1 juta hektare sawit ilegal sudah dikuasai kembali
dan 1.063 tambang ilegal ditindak. “Tidak ada yang kebal hukum, termasuk
pejabat atau anggota partai,” tegas Prabowo.
Pertahanan negara juga diperkuat dengan pembentukan 6 Kodam
baru, 14 Koda Laut, 3 Koda Udara, dan unit pasukan khusus tambahan. “Doktrin
kita adalah pertahanan rakyat semesta, dengan politik luar negeri bebas aktif.
Seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak,” ujarnya.
Isu geopolitik juga tak lepas dari fokus pidato Prabowo. Dia
menyampaikan sejumlah capaian diplomasi ekonomi Indonesia pada masa
kepemimpinannya yang telah berjalan 299 hari. Indonesia saat ini telah
memutuskan untuk bergabung dengan aliansi dagang yang berisikan Brasil, Rusia,
India, China, dan Afrika Selatan, atau pakta dagang BRICS. Ini terjadi berkat
hubungan Indonesia yang baik dengan seluruh negara-negara tersebut.
Prabowo juga menyebutkan Indonesia telah berhasil
merampungkan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa (UE) dalam kerangka
Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Ini juga didorong
kedekatan RI dengan negara-negara yang berada dalam blok Benua Biru, seperti
Prancis. Prabowo juga melaporkan mencapai berbagai kemajuan yang cukup berarti
di tengah konflik politik ekonomi secara global perang dagang.
"Kita sahabat sama Malaysia kita satu rumpun, tapi
selalu politik divideet impera selalu ada. Jangan kita naif jangan kita terus
menerus mau di adu domba." Menutup pidatonya, Presiden mengajak seluruh
pihak untuk terus bekerja sama demi Indonesia yang lebih maju. “Kami ingin
nelayan kita sejahtera, dan ini bukan mimpi. Ini kerja nyata,” pungkasnya.
Hadirnya Negara Secara Utuh Untuk Rakyat
Patut diakui, saat berpidato di hadapan legislatif,
eksekutif, yudikatif, dan juga perwakilan negara asing, Prabowo mampu
menghidupkan suasana dan membuat peserta sidang memberi tepuk tangan meriah.
Situasi ini tentu tak lepas dari kemampuan atau kekuatan komunikasi politik
yang dimiliki oleh Prabowo. Di awal pidato Presiden Prabowo memperjelas makna
dari Pasal 33 UUD 1945 yang mengisyaratkan dengan jelas bahwa Presiden
menginginkan negara harus hadir secara utuh terhadap rakyatnya, dan wajib
dilaksanakan.
Pidato Prabowo merupakan harapan baru bagi masyarakat untuk
sebuah keadilan dan kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana kabinet ini,
sebagai pembantu Presiden, bisa mengimplementasikan atau menjalankannya.
Presiden Prabowo secara politik sudah sangat kuat, tetapi masalah yang sangat
membutuhkan perhatian khusus adalah ekonomi rakyat yang masih sangat berat,
sehingga semua isi pidato tersebut akan diingat sepanjang sejarah apabila
berhasil diwujudkan secara konkret.
Dan, tidak dapat dipungkiri tentu masih ada kekhawatiran di
kalangan masyarakat, apakah isi pidato Presiden tersebut dapat dijalankan
secara utuh oleh pejabat di bawahnya? Oleh karena itu, diharapkan masyarakat
bisa berperan aktif untuk menjaga dan mengawasi kinerja pemerintah agar tepat
guna. Apalagi, dalam pidatonyo Prabowo juga tak segan mengakui ada
temuan-temuan terhadap kekurangan yang ada di masa kepemimpinannya yang harus
diperbaiki.
Tentunya ini sebuah pelajaran yang baik, di mana pemimpin
mampu dan bersedia menyatakan bahwa terdapat kekurangan secara utuh. Terlebih
lagi mengenai teguran keras apabila ada mantan pejabat tertentu atau mantan
jenderal (purnawirawan TNI/Polri) yang melakukan tindakan-tindakan tidak
terpuji, Presiden Prabowo tidak akan segan menindak.
Kembali ke hakikat peringatan HUT Kemerdekaan ke-80 RI -
jika ditegaskan bahwa benar kita sudah merdeka, itu bisa dirasakan dengan
sendirinya jika manusia Indonesia mempunyai karakter yang berakar pada nilai
luhur bangsa, berjiwa nasionalis, berintegritas dan pribadi yang tangguh,
menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.
Bulan perayaaan kemerdekaan, 17 Agustus, haruslah dijadikan
ajang untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi bangsa kita, Indonesia.
Dan sudah barang tentu, kemajuan pendidikan menjadi pilar kemajuan bangsa
Indonesia. Theodore Meyer Greene mengatakan, “Pendidikan merupakan upaya
menyiapkan SDM untuk meraih kehidupan yang bermakna”. Dalam konteks kemajuan
Indonesia dan menghadapi tantangan masa depan, manusia harus dipandang sebagai
human capital yang dipersiapkan dengan sistem pendidikan yang baik untuk
membangun karakter dan transfer knowledge.
Manusia belajar bukan mengejar nilai tetapi mempersiapkan
hidup yang lebih baik. Membangun karakter manusia Indonesia sangat penting.
Manusia Indonesia harus mempunyai karakter yang berakar pada nilai luhur
bangsa, berjiwa nasionalis, berintegritas dan pribadi yang tangguh.
"Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan
kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan
batin serta keselamatan hidup lahir." Konsep inilah yang ditanamkan oleh
Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Tentu, kita semua-sebagai anak bangsa berkewajiban
mewujudkan apa yang dicita-citakan para pejuang bangs aini, dengan visi menjadi
negara berdaulat, maju dan berkelanjutan. Karena kepedulian dan kesiapan
masyarakat menjadi salah satu komponen mutlak yang harus diperhatikan. Perlu
ada keinginan untuk memelihara, memperkuat kebersamaan, serta membangun
kedamaian di tengah-tengah perbedaan yang ada. Ingatan-ingatan kolektif dulunya
seluruh anak bangsa, para pahlawan berjuang gigih merebut kemerdekaan, senasib sepenanggungan
dalam melawan penjajahan, mestilah dibangkitkan.
