Nyamuk Ditemukan di Islandia: Pertanda Iklim Global Semakin Menghangat

By PorosBumi 30 Okt 2025, 07:17:31 WIB Sains
Nyamuk Ditemukan di Islandia: Pertanda Iklim Global Semakin Menghangat

ISLANDIA, yang selama ini dikenal sebagai negara tanpa nyamuk, kini harus menghadapi kedatangan serangga penghisap darah ini setelah penemuan mengejutkan di kawasan Kiðafell, Kjós. Pada 16 Oktober 2025, Björn Hjaltason menemukan sebuah nyamuk betina di kebunnya dan melaporkannya ke grup Facebook lokal bertajuk "Insects in Iceland". Temuan ini mencerminkan dampak nyata perubahan iklim global yang mempengaruhi ekosistem di daerah utara.

Setelah melakukan pengamatan lebih lanjut, Hjaltason berhasil menangkap beberapa ekor nyamuk lainnya, termasuk nyamuk jantan. Ketiga serangga ini kemudian dikirim ke Matthías Alfreðsson, seorang ahli entomologi dari Icelandic Institute of Natural History, yang mengonfirmasi bahwa itu adalah nyamuk dari jenis Culiseta annulata. Dalam pernyataan di media, Hjaltason menyatakan, “benteng terakhir telah jatuh,” merujuk pada kenyataan bahwa Islandia kini berbagi status dengan sedikit negara lain yang bebas dari nyamuk, termasuk Antartika.

Meskipun penemuan ini signifikan, Hjaltason memperingatkan bahwa masih terlalu awal untuk memastikan bahwa nyamuk tersebut telah menetap secara permanen di Islandia. “Kita harus lihat apakah mereka bisa bertahan melewati musim dingin,” ujarnya.

Baca Lainnya :

Ia juga menduga bahwa nyamuk tersebut mungkin telah tiba melalui kapal atau kontainer di pelabuhan Grundartangi, yang terletak sekitar enam kilometer dari rumahnya. "Kalau tiga ekor saja bisa sampai ke kebun saya, kemungkinan besar ada lebih banyak di luar sana," tambah Hjaltason.

Kondisi lingkungan di Islandia belakangan ini semakin memprihatinkan. Suhu di negara tersebut meningkat empat kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global di belahan utara. Fenomena mencairnya es di gletser menjadi pertanda bahwa kehidupan di kawasan utara mulai mengalami perubahan. Berdasarkan laporan The Guardian, perubahan suhu ini membuka peluang bagi spesies baru, seperti nyamuk, untuk bertahan hidup.

Alfreðsson menjelaskan bahwa Culiseta annulata adalah spesies yang relatif tahan terhadap cuaca dingin. Mereka dapat bertahan di tempat-tempat tertutup seperti gudang atau ruang bawah tanah selama musim dingin. Meskipun nyamuk ini tidak merupakan pembawa penyakit berbahaya seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus, kehadirannya tetap menjadi sinyal bahwa batas ekologi serangga semakin bergeser akibat perubahan iklim.

Penemuan nyamuk di Islandia bukanlah kasus unik. Di Eropa, Inggris juga melaporkan ditemukannya telur dari jenis nyamuk tersebut di Kent, yang sejatinya adalah spesies yang biasa ditemukan di daerah tropis. Kasus-kasus seperti ini menandakan bahwa kita tengah menyaksikan perubahan besar dalam distribusi biologis akibat pemanasan global.

Para ilmuwan dan peneliti semakin khawatir bahwa perubahan iklim tidak hanya akan mempengaruhi suhu dan cuaca, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem yang sudah ada. Ketidakpastian tentang bagaimana spesies yang baru tiba akan beradaptasi dan berinteraksi dengan spesies lokal menjadi perhatian yang harus ditindaklanjuti.

Sebagai tambahan, para ahli mengingatkan bahwa nyamuk bukan satu-satunya spesies yang dapat mengubah perilaku atau distribusinya. Perubahan iklim dapat membawa dampak lebih luas terhadap biodiversitas dan keseimbangan jaring makanan.

Dengan menyaksikan situasi ini, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan mendukung upaya penelitian yang bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai perubahan ini dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan di Bumi.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment