- AHY: Spirit Kurban Pedoman Dalam Pengabdian Bernegara
- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan
- Mentan Ungkap Kejanggalan Data Beras di Cipinang, Diduga Permainan Mafia Pangan
- AHY Dorong UMKM di Indonesia Maju, Berkembang dan Mendunia
- Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk
- Ini Sejumlah Lokasi Berburu Matahari Terbit sambil Wisata Kuliner
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut
- Beras!
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove
Bill Gates: Dunia dan Indonesia
.jpg)
Bandung Mawardi
Tukang kliping, bapak rumah tangga
Baca Lainnya :
- Peduli Kesehatan, Anggota Sevenist Club Periksa Gula Darah dan Gelar Seminar Kesehatan Jantung0
- Kemenag Karanganyar Borong Juara di Ajang Penyuluh Agama Islam Award Jateng 20250
- Dermaga Apung: Solusi Cerdas Atasi Pasang Surut Laut Indonesia? Ini Faktanya!0
- Pesan dari Galaksi Sebelah0
- Perpustakaan: Biografi dan Birokrasi0
INDONESIA memiliki masa lalu
buruk. Masa lalu penderitaan ribuan orang sakit tapi susah disembuhkan. Konon,
sakit parah mudah berakhir kematian. Di buku berjudul Memelihara Jiwa_Raga
Bangsa: Ilmu Pengetahuan, Kesehatan Masyarakat, dan Pembangunan Indonesia di
Era Soekarno (2019), Vivek Neelankantan menerangkan situasi masa 1950-an:
“Para pemimpin Indonesia yakin akan perlunya meningkatkan kesehatan penduduk
dan mengatasi berbagai penyakit yang melanda warganya. Pada tahun 1950, Kabinet
Abdul Halim mengidentifikasi malaria, tuberkulosis, frambusia, dan lepra
sebagai empat besar penyakit endemik yang mempengaruhi seluruh kehidupan
masyarakat Indonesia.” Dulu, muncul sebutan “penjakit rakjat.”
Kita diajak mengingat Indonesia bukan melulu teriak revolusi
dan pidato-pidato Soekarno. Indonesia harus waras tapi kebijakan-kebijakan
kesehatan belum memadai. Situasi pelik itu membuat Indonesia terhubung dengan
lakon-lakon internasional dalam misi kesehatan. Amerika Serikat perlahan bisa
masuk dalam beragam agenda kesehatan meski mengikutkan pamrih ideologis.
Vivek melacak kaitan kesehatan dan ideologi: “Amerika
Serikat berpendapat bahwa penyakit menyebabkan kemiskinan dan kemiskinan adalah
tempat berkembangbiaknya komunisme. Pemberantasan penyakit akan menahan
tumbuhnya ideologi komunis. Bagi Amerika Serikat, kampanye melawan penyakit
juga menandakan peningkatan produktivitas ekonomi negara-negara berkembang.”
Misi besar diwujudkan: “Amerika Serikat telah melakukan inventasi lewat
pendanaan kampanye pemberantasan penyakit di pelbagai negara berkembang dengan
tujuan membeli kesetiaan para pemimpin negara-negara dalam rangka memerangi
komunisme.”
Masa lalu masih terbaca. Pada abad XXI, urusan kesehatan
tetap berurusan modal dan ideologi. Indonesia belum berhasil waras.
Kebijakan-kebijakan berganti demi Indonesia sehat meski sulit terbebas dari
derita-derita, termasuk derita akibat TBC. Indonesia tak mau malu jika gagal
dalam menjadikan jutaan orang sehat. Usaha besar tak harus dilakukan sendirian.
Indonesia terbuka untuk beragam bantuan dari pelbagai pihak.
Sekian hari lalu, datang tokoh besar dunia: Bill Gates. Ia
hadir di Indonesia bukan sekadar sebagai turis. Pertemuan dengan Prabowo dan
tokoh-tokoh penting memastikan ada rencana besar. Bill Gates ditakdirkan
mengurusi masalah-masalah besar di dunia. Ia memiliki jawaban. Ia pun
berkekuatan uang. Di Indonesia, Bill Gates memberi jawaban tapi mendapat
sindiran, curiga, dan omelan dari publik. Konon, ia mampu membuat
kesepakatan-kesepakatan terpenting dengan penguasa di Indonesia. Berita paling
santer bertema TBC.
Kita ingin menilik pengenalan Bill Gates bagi Indonesia.
Tokoh penting dan berpengaruh tapi kita wajib membuka deretan ingatan agar
paham maksud-maksud Bill Gates di Indonesia. Pengenalan dan ingatan melalui
bacaan-bacaan. Kita membaca lagi buku-buku lama mumpung masih ada keseruan
komentar-komentar mengenai Bill Gates, Indonesia, dan dunia.
Pada 2000, terbit buku berjudul Busines @ the Speed of
Thought: Menggunakan Sistem Saraf Digital. Buku besar dan tebal membuat pembaca
terbujuk mengenali dan memuji pebisnis tenar bernama Bill Gates. Nama itu
membesar di bisnis sebelum filantropi.
Bill Gates mengingat 1997: “Saya membayangkan zaman digital
akan mengubah dunia usaha secara mendasar.” Kita membuktikan itu benar. Kini,
kita dalam “kutukan” bisnis digital. Ia membuat babak-babak perbedaan: “Selama
masa 1980-an, orang bicara soal mutu. Selama masa 1990-an, orang bicara soal
reengineering. Pada 2000-an, orang akan bicara kecepatan.” Ia tak lahir sebagai
dukun atau peramal. Kita takjub saja mengetahui Bill Gates sanggup menentukan
dan mengisahkan perubahan-perubahan di dunia, tak cuma bisnis.
Ia memang berhasil dalam bisnis dan mengumpulkan laba sulit
terimajinasikan penduduk di Indonesia. Uang sulit habis. Ia berusaha
menghabiskan dengan pelbagai program tapi uang malah berdatangan dan menumpuk.
Bill Gates bikin iri orang-orang memuja uang.
Bill Gates sudah menghendaki masalah-masalah kesehatan
terjadi di Ameruka Serikat dan pelbagai negara mengharuskan dukungan teknologi.
Ia ingin dunia tak dipenuhi orang sakit. Tindakan-tindakan efektif dan efisien
wajib diwujudkan. Bill Gates menerangkan: “Internet akan segera menjadi lebih
dari sekadar informasi medis. Internet memungkinkan para pasien yang mempunyai
penderitaan sama terus berhubungan, berbagi pengalaman, dan diringankan dari
rasa sendirian. Pasien seperti mereka ada di seluruh dunia dan forum online
memudahkan mereka saling berhubungan.”
Pada masa berbeda, Bill Gates melangkah jauh. Ia
menginginkan beragam riset dan kerja-kerja besar atas nama kesehatan. Dunia tak
usah kaget dengan penampilan Bill Gates dalam perkara-perkara akbar di luar
bisnis. Ia telah dalam kemakmuran memiliki jalan untuk menentukan sikap atas
nasib dunia.
Di buku berjudul How to Avoid a Climate Disaster
(2021), Bill Gates memberi pengakuan: “Dua dasawarsa lalu, saya tak bakal
memprediksi bahwa suatu hari saya bakal berbicara di depan umum mengenai
perubahan iklim. Apalagi menulis buku mengenai perubahan iklim. Latar belakang
saya adalah perangkat lunak, bukan sains iklim. Kini, pekerjaan purnawaktu saya
adalah bersama istri (Melinda) mengelola Gates Foundation yang berfokus
kesehatan global, pembangunan, dan pendidikan di Amerika Serikat.” Ia pun
bergerak ke pelbagai negara. Ia hadir dengan seruan-seruan kesehatan,
mengikutkan uang dan pelbagai kebijakan. Kita mulai paham dengan keterlibatan
Bill Gates dalam pemberantasan TBC.
Kerusakan-kerusakan dunia makin menjadi pemicu Bill Gates
berkeliling ke pelbagai negara. Ia membawa janji-janji besar. Kehadiraan di
pelbagai negara biasa menimbulkan polemik-polemik. Orang-orang selalu mengingat
Bill Gates itu pebisnis. Kini, kehadiran Bill Gates di Indonesia membesarkan
debat (vaksin) TBC dan urusan-urusan kekuasaan. Kita tak mudah menembus
selubung-selubung permufakatan Bill Gates dan Prabowo Subianto. Kita memilih
mengingat dan mengenal Bill Gates saja melalui bacaan-bacaan, mendukung berita-berita
bermunculan biasa membikin berdebar setiap hari. Begitu.
