Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern

By PorosBumi 10 Nov 2025, 10:19:53 WIB Tilikan
Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern

Muhammad Sirod

Dewan Pakar ASPEBINDO, Pengurus Pusat PII

 

Baca Lainnya :

KOTA Makkah terus mengembangkan sistem pengelolaan air limbah yang sejalan dengan rencana besar Saudi Vision 2030. Proyek Independent Sewage Treatment Plant (ISTP) di kawasan Arana dan Hadda menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan efisiensi pengolahan limbah dan memperluas pemanfaatan sumber daya terbarukan.

Dengan kapasitas gabungan mencapai ratusan ribu meter kubik per hari, fasilitas ini dirancang untuk mengolah air limbah perkotaan secara berkelanjutan dan menghasilkan keluaran yang dapat dimanfaatkan kembali. Kapasitas besar tersebut membuka peluang penerapan teknologi bio-energi berbasis anaerobic digestion (AD).

Teknologi ini mampu mengubah lumpur hasil pengolahan menjadi biogas yang mengandung metana. Energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan listrik dan panas di dalam instalasi, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap jaringan energi eksternal. Secara teknis, biogas dari lumpur domestik memberikan potensi energi sekitar 0,35 meter kubik metana per kilogram padatan kering yang terurai.

Dengan asumsi beban pengolahan mencapai 350.000 meter kubik per hari, potensi biogas yang dapat dihasilkan mencapai puluhan ribu meter kubik metana per hari. Konversi energi dari volume tersebut setara dengan lebih dari seratus megawatt jam listrik setiap hari, cukup untuk memasok sebagian besar kebutuhan energi operasional fasilitas. Integrasi sistem AD dengan combined heat and power (CHP) unit akan meningkatkan efisiensi konversi energi sekaligus menekan emisi karbon.

Penerapan teknologi semacam ini sudah umum di fasilitas pengolahan air limbah di Eropa dan Asia Timur. Makkah memiliki konteks unik karena fluktuasi beban limbah sangat tinggi selama musim Haji dan Umrah. Sistem pengolahan yang fleksibel dan terintegrasi dengan produksi energi menjadi strategi penting untuk menjaga stabilitas operasi di tengah variasi beban yang besar. Pengolahan anaerobik juga membantu mengurangi volume lumpur yang harus dibuang, sehingga menekan biaya dan risiko lingkungan.

Penelitian lokal menunjukkan potensi besar dari pengolahan bersama antara lumpur domestik dan limbah organik makanan yang dihasilkan selama musim ibadah. Komposisi limbah organik Makkah kaya karbohidrat, lemak, dan protein, yang merupakan substrat ideal untuk proses fermentasi metanogenik. Pendekatan co-digestion meningkatkan produksi biogas sekaligus mempercepat stabilisasi lumpur.

Dari sisi kebijakan, proyek ISTP yang dikelola dengan skema public-private partnership (KPBU) membuka peluang integrasi investasi energi terbarukan ke dalam sektor air limbah. Struktur proyek berbasis kontrak jangka panjang memungkinkan penentuan harga jual listrik atau energi panas dari biogas secara lebih pasti. Hal ini dapat menciptakan model bisnis yang layak secara finansial dan menarik bagi pengembang energi bersih.

Pemerintah Saudi telah menetapkan target peningkatan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi air secara nasional. Makkah menjadi lokasi strategis untuk implementasi awal karena intensitas aktivitas dan volume limbah yang tinggi. Pemanfaatan bio-energi dari sistem sewerage dapat menjadi salah satu instrumen nyata untuk menurunkan emisi karbon kota dan mengurangi beban sistem energi konvensional.

Tantangan utama terletak pada kesiapan infrastruktur pendukung dan pengelolaan operasional. Sistem AD membutuhkan pengendalian ketat terhadap parameter biologis, seperti rasio karbon terhadap nitrogen, suhu, dan waktu tinggal lumpur di digester. Desain dan pengoperasian yang tidak konsisten dapat menurunkan produksi gas dan menyebabkan akumulasi bahan toksik. Oleh karena itu, pelatihan teknis operator dan penerapan sistem pemantauan otomatis menjadi komponen penting dalam proyek.

Selain manfaat energi, integrasi sistem ini juga memberikan nilai lingkungan yang signifikan. Pengurangan volume lumpur dan emisi metana yang tidak terkontrol menurunkan potensi pencemaran udara dan air tanah. Effluent hasil pengolahan dapat digunakan kembali untuk irigasi kawasan hijau, sementara residu padat yang telah stabil dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembenah tanah. Seluruh rantai proses berkontribusi pada sistem ekonomi sirkular yang efisien.

Belajar dari Makkah, pengelolaan air limbah dapat diarahkan menjadi sistem energi berkelanjutan yang terukur dan terintegrasi. Pendekatan teknokratik, data berbasis, dan pengawasan berlapis akan menentukan keberhasilan penerapannya. Kota dengan beban urban dan religius setinggi Makkah memberikan contoh bagaimana infrastruktur sanitasi dapat dikembangkan menjadi sumber daya energi tanpa mengabaikan aspek lingkungan dan efisiensi operasional.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment