- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan
- Mentan Ungkap Kejanggalan Data Beras di Cipinang, Diduga Permainan Mafia Pangan
- AHY Dorong UMKM di Indonesia Maju, Berkembang dan Mendunia
- Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk
- Ini Sejumlah Lokasi Berburu Matahari Terbit sambil Wisata Kuliner
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut
- Beras!
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove
- Greenpeace Dukung Kongres Dunia Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari Tiga Kawasan Hutan
Mentan Ungkap Kejanggalan Data Beras di Cipinang, Diduga Permainan Mafia Pangan

JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan)
Andi Amran Sulaiman melakukan penelusuran dan menemukan adanya anomali dalam
distribusi beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Berdasarkan data stok
beras Food Station Tjipinang, ada ketidakwajaran keluarnya 11.410 ton beras
dalam satu hari yaitu pada 28 Mei 2025. Pernyataan ini disampaikan Mentan sebagai
respons atas keluhan sejumlah pedagang di PIBC yang menyebut pasokan beras
mulai seret di pasaran.
“Masuk akal gak? Ini 11.000 keluar satu hari. Satgas pangan
sudah turun, alasannya katanya salah hitung, koreksi, macam-macam alasannya,”
kata Mentan Amran saat konferensi pers di Kantor Pusat Kementerian Pertanian
(Kementan), Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).
Tercatat sebelumnya bahwa stok beras di Food Station
Tjipinang memiliki tren yang terus meningkat terlebih sejak tahun 2024 di
kisaran 30 ribu hingga 40 ribuan ton. Bahkan di tahun 2025 mampu menembus di
kisaran 50 ribu ton.
Baca Lainnya :
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka0
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut0
- Greenpeace Dukung Kongres Dunia Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari Tiga Kawasan Hutan0
- Pengembangan Tempat Wisata Religi di TN Ujung Kulon, Merangkai Sejarah dan Kelestarian Alam 0
- Warga Resah, Bupati Kapuas Hulu Diminta Jelaskan Pengembangan Sawit PT IAL di Tamambaloh0
Sementara itu, arus masuk dan keluar beras di PIBC cenderung
stabil dan berimbang dengan rata-rata sirkulasi masuk-keluar beras sebesar
2.000-3.000 ton per hari. Mentan Amran mengungkapkan bahwa angka beras keluar
11.410 ton per hari merupakan lonjakan drastis yang memunculkan tanda tanya
besar.
”Kemarin begitu mengatakan (harga beras) naik, aku cek.
Sekarang tidak ada lagi alasan. Dulu ada alasannya, kalau stok Bulog kurang,
impor. Apa mau minta impor dengan kondisi kita stok 4 juta ton? Dikeluarkan
SPHP, apa jawabannya tadi? Untuk diblending, untuk dicampur dengan beras lokal,
baru dijual mahal,” ungkapnya.
Mentan Amran menegaskan bahwa jika ada pihak yang memainkan
distribusi atau laporan stok secara sengaja, maka hal itu merupakan bentuk
sabotase terhadap upaya pemerintah menjaga ketahanan pangan nasional.
”Sekarang pertanyaan saya, kenapa dikatakan hari ini stok di
Cipinang kurang dan harga naik? Aku buka datanya, ternyata ada anomali. Ini
harus diluruskan. Jangan seenaknya kita menyampaikan. Ini bisa sebagai sabotase
pemerintah. Sabotase data karena ada kepentingan pribadi,” tegasnya.
Untuk itu, Mentan Amran mendorong Satuan Tugas Pangan dari
Mabes Polri untuk menyelidiki langsung dan mengecek kebenaran dari data
tersebut. Ia tidak ingin ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dan
mencederai perjuangan pemerintah dan petani dalam menjaga produksi pangan dalam
negeri.
”Artinya apa? Ada middleman yang mempermainkan. Inilah
terkadang kita sebut mafia. Jangan mempermainkan, kita setengah mati ini
berproduksi. Kita setengah mati bantu petani,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Satgas Pangan, Helfi
Assegaf, menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan terhadap data
keluar beras tersebut. ”Mereka ditanya tetapi tidak bisa menyampaikan barang
itu ke mana perginya, keluarnya dari kemana, tidak ada. Belum bisa disampaikan
kepada kita. Kita akan lebih mendalami lagi data tersebut. Kalau ternyata tidak
sesuai, artinya dia memanipulasi data,” ungkapnya.
Dua Oknum Pegawai Kementan Dipecat
Masih dalam kesempatan yang sama, Mentan juga mengumumkan
pemecatan terhadap dua oknum pegawai yang terbukti melakukan pungutan liar dan
penyalahgunaan wewenang. Langkah tegas ini diambil dalam upaya membangun
birokrasi yang bersih dan berintegritas di lingkungan Kementan.
“Ada dari internal yang bertindak tercela. Aku sudah pecat.
Menipu, meminta uang Rp27 miliar. Kemudian ada direktur yang menyalahgunakan
kewenangan, nilainya Rp2 miliar. Kami copot dan kami proses hukum,” kata Mentan.
Mentan Amran menjelaskan bahwa oknum tersebut menjanjikan
kepada pihak luar bahwa mereka dapat memenangkan tender atau pengadaan besar di
Kementan asalkan memberikan sejumlah uang di awal. Dari permintaan awal Rp27
miliar, sekitar Rp10 miliar telah sempat dibayarkan oleh mitra. Oknum tersebut
bahkan melakukan pemalsuan tanda tangan sebagai bagian dari modus penipuannya.
Menteri Amran menegaskan bahwa Kementan tidak akan memberi
ruang bagi praktik-praktik menyimpang, baik oleh pegawai internal maupun pihak
luar yang mencoba menjadi perantara atau calo proyek. Ia juga mendorong
masyarakat untuk melaporkan jika menemukan pelanggaran dan penyimpangan di
Kementan.
“Kami sampaikan yang bermitra dengan Kementerian Pertanian,
jangan percaya bahwa ada yang bisa menjadi jembatan atau calo. Jangan pernah
percaya. Itu tidak benar. Kalau ada laporkan kepada saya. Pasti kami tindak dan
kami pecat,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa Kementan terus berkomitmen dalam
membangun birokrasi yang bersih, profesional, dan bebas dari praktik korupsi.
Hal ini tercermin dari penilaian Kementan sebagai institusi dengan hasil
Reformasi Birokrasi (RB) yang meningkat dari 79 menjadi 85.
Selain itu, hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meningkat dari 66,79 menjadi 74,46. “Nggak
boleh ada kompromi untuk pelanggaran di Kementan. Kita harus bersih,” ungkap
Mentan Amran,
Seperti diketahui, Mentan Amran dikenal sebagai ‘Mr. Clean’
yang telah beberapa kali menindak tegas para pejabatnya yang menyeleweng
ataupun pihak lain yang merugikan negara. Selama memimpin sejak 2014 hingga
periode sekarang, sebanyak 844 pegawai diberi sanksi bahkan dicopot karena
melakukan penyelewengan atau korupsi.
Mentan Amran juga pernah memenjarakan pejabat yang mengutip
fee proyek bahkan menindak 27 perusahaan pupuk yang merugikan petani hingga
Rp3,2 triliun. Dengan tindakan ini, Mentan Amran berharap seluruh jajaran
Kementan, serta para mitra kerja, dapat mengambil pelajaran penting dan semakin
memperkuat komitmen bersama dalam membangun pertanian Indonesia yang maju,
transparan, dan berintegritas.
