- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan
- Mentan Ungkap Kejanggalan Data Beras di Cipinang, Diduga Permainan Mafia Pangan
- AHY Dorong UMKM di Indonesia Maju, Berkembang dan Mendunia
- Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk
- Ini Sejumlah Lokasi Berburu Matahari Terbit sambil Wisata Kuliner
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut
- Beras!
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove
- Greenpeace Dukung Kongres Dunia Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari Tiga Kawasan Hutan
Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk

DIKISAHKAN Dyah Wijaya alias Raden
Wijaya, raja pertama Majapahit (1293-1309) menikahi empat orang putri
Kertanagara raja terakhir Singhasari, yaitu Tribhuwana bergelar
Tribhuwaneswari, Mahadewi bergelar Narendraduhita, Jayendradewi bergelar
Prajnyaparamita, dan Gayatri bergelar Rajapatni. Selain itu, ia juga memiliki
seorang istri dari Melayu bernama Dara Petak bergelar Indreswari.
Puteri-puteri Kertanegara dikenal memiliki paras wajah
cantik jelita. Disebut-sebut bahwa Gayatri selain cantik juga cerdas. Dyah
Gayatri atau Sri Rajapatni lahir sekitar tahun 1275, meninggal tahun 1350. Ia adalah
putri bungsu raja Kertanagara dan merupakan nenek dari Hayam Wuruk.
Sejarawan dan diplomat University of British Columbia,
Kanada, Prof Paul Drake dalam bukunya "Gayatri Rajapatni, Perempuan di
Balik Kejayaan Majpahit" (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012) yang disunting
sejarawan Universitas Indonesia Manneke Budiman, menyejajarkan Gayatri
sekaliber dengan Cleopatra, seorang perempuan kuat di Mesir yang bahkan membuat
Caesar, kaisar Romawi tunduk.
Baca Lainnya :
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut0
- Beras!0
- KKI Karangsambung Jadi Laboratorium Mahasiswa Universitas Jember Memahami Geodiversitas0
- Penemuan Roti Tertua Ini Mengubah Sejarah Pertanian0
- Om Lay, Volunteer Jakarta Kibarkan Bendera Putih, Pulang Kampung ke Ambon0
Drake memaparkan bahwa Gayatri seorang perempuan yang
menjadi pemikir dan dalang sejumlah peristiwa, termasuk perekrutan Mahapatih
Gajah Mada, bahkan patut diduga ada di balik pembunuhan raja sah Majapahit
Jayanegara (1309-1322).
Pararaton menyebutkan Raden Wijaya hanya menikahi dua orang
putri Kertanagara saja. Pemberitaan tersebut terjadi sebelum Majapahit berdiri.
Diperkirakan, mula-mula Raden Wijaya hanya menikahi Tribhuwaneswari dan Gayatri
saja. Baru setelah Majapahit berdiri, ia menikahi Mahadewi dan Jayendradewi
pula. Dalam Kidung Harsawijaya, Tribhuwana dan Gayatri masing-masing disebut
dengan nama Puspawati dan Pusparasmi.
Pada saat Singhasari runtuh akibat serangan Jayakatwang
tahun 1292, Raden Wijaya hanya sempat menyelamatkan Tribhuwana saja, sedangkan
Gayatri ditawan musuh di Kadiri. Setelah Raden Wijaya pura-pura menyerah pada
Jayakatwang, baru ia bisa bertemu Gayatri kembali.
Pararaton menyebutkan, Raden Wijaya bersekutu dengan bangsa
Tatar (Mongol) untuk dapat mengalahkan Jayakatwang. Konon raja Tatar bersedia
membantu Majapahit karena Arya Wiraraja menawarkan Tribhuwana dan Gayatri
sebagai hadiah. Kisah tersebut hanyalah imajinasi pengarang Pararaton saja,
karena tujuan utama pengiriman pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese ke tanah
Jawa adalah untuk menaklukkan Kertanagara.
Setelah Jayakatwang kalah, Raden Wijaya dan Arya Wiraraja
ganti menghadapi pasukan Tatar. Dikisahkan dalam Pararaton bahwa, kedua putri
siap untuk diserahkan dengan syarat tentara Tatar harus menyembunyikan senjata
masing-masing, karena kedua putri tersebut ngeri melihat senjata dan darah.
Maka, ketika pasukan Tatar, tanpa senjata, datang menjemput kedua putri,
pasukan Raden Wijaya segera membantai mereka.
Gayatri Sepeninggal Jayanagara
Raden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit sejak tahun
1293. Ia meninggal tahun 1309 dan digantikan putranya, yaitu Jayanagara. Pada
tahun 1328 Jayanagara mati dibunuh Ra Tanca tanpa memiliki keturunan. Menurut
Nagarakretagama, sebagai sesepuh keluarga kerajaan yang masih hidup, Gayatri
berhak atas tahta Majapahit.
Akan tetapi Gayatri saat itu sudah mengundurkan diri dari
kehidupan duniawi dengan menjadi Bhiksuni (pendeta Buddha). Ia lalu
memerintahkan putrinya, Tribhuwanotunggadewi naik tahta mewakilinya pada tahun
1329 menggantikan Jayanagara yang tidak punya keturunan.
Pada tahun 1350, Tribhuwanotunggadewi turun tahta bersamaan
dengan meninggalnya Gayatri, walaupun ini diragukan kebenarannya karena menurut
prasasti Singasari, Ratu Tribhuwana masih memerintah sampai tahun 1351. Karena
pada tahun 1351 Tribhuwanotunggadewi masih menjadi Rajaputri, terbukti dengan
ditemukannya prasasti Singasari. Pada tahun 1362 Hayam Wuruk (raja keempat)
mengadakan upacara Sraddha memperingati 12 tahun meninggalnya Gayatri
Rajapatni.
Nagarakretagama memberitakan kalau takhta Jayanagara yang
tidak mempunyai keturunan diwarisi Gayatri, yang kemungkinan saat itu
istri-istri Raden Wijaya yang lain sudah meninggal semua dan garis keturunan
yang masih tersisa adalah dari Gayatri. Mengingat Gayatri adalah putri bungsu
Kertanegara dan salah satu istri Raden Wijaya.
Tetapi karena Gayatri telah menjadi Bhiksuni, maka
pemerintahannya pun diwakili oleh puterinya, Tribhuwanotunggadewi yang diangkat
sebagai Rajaputri (Raja perempuan), sebutan untuk membedakan dengan istilah
"Ratu" dalam bahasa Jawa yang berarti "Penguasa".
Tahun kelahiran dan usia Gayatri tidak diketahui secara
pasti. Namun berdasarkan tahun wafatnya yang berselang 57 tahun dari berdirinya
Majapahit, dipastikan ia meninggal dalam usia yang cukup tua. Raja Majapahit,
Hayam Wuruk memerintahkan persiapan pembangunan candi pendharmaan untuk
Rajapatni Dyah Gayatri di Bayalangu ditetapkan sebagai tempat pendarmaan itu.
Tanahnya disucikan oleh pendita Sri Jinana Widhi.
Sebagaimana tercatat dalam kitab Nagarakertagama, pada tahun
1362 M berlangsung upacara Sraddha mengenang 12 tahun wafatnya Rajapatni Dyah
Gayatri. Pada perayaan itu sekaligus dilangsungkan penempatan abu jenazah
Rajapatni Dyah Gayatri dan arca perwujudan bernama Pradjnaparamita sebagai
penghormatan kepada Rajapatni Dyah Gayatri.
