- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus
- Mendorong Koeksistensi Manusia dan Orangutan Tapanuli
- UNAS dan Kedubes Malaysia Inisiasi Penanaman Mangrove di Desa Sukawali, Tangerang
- Pegunungan Dolok Paung Tidak Lagi Memberi Air Kehidupan Bagi Masyarakat Adat Huta Parpatihan
- Kembalinya Operasi PT Gag Nikel Kabar Buruk Bagi Upaya #SaveRajaAmpat
- Gatal Kepala dan Sebal
- Oki Setiana Dewi Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
- HUT ke 24 PD, SBY Melukis Only The Strong Langsung di Hadapan Ratusan Kader Demokrat
- Greenpeace Asia Tenggara Bawa Cerita #SaveRajaAmpat ke Forum PBB, Desak Tata Kelola Nikel
- Spirit dan Kesyahduan Peringatan Maulid Nabi Musola Nurul Hikmah dan Yayasan Ihsan Nur
Mentan: Tak Ada Ruang untuk Mafia Pangan di Indonesia
(1)3.jpg)
MAKASSAR – Menteri Pertanian (Mentan)
Andi Amran Sulaiman menyuarakan perlawanan tanpa kompromi terhadap mafia pangan
dan pelaku korupsi yang selama ini menjadi penghambat kedaulatan pangan
Indonesia.
“Kita harus kerja keras. Kami mohon dukungan semua pihak.
Kami sedang membenahi Kementan, dan hasilnya sudah terlihat. Reformasi
birokrasi meningkat tajam, predikat WTP kembali diraih, dan capaian indikator
antikorupsi makin baik. Bahkan, kami diminta memberi testimoni oleh KPK,” ujar
Mentan Amran saat menghadiri wisuda Universitas Hasanuddin (Unhas), Senin
(14/7/2025).
Menurutnya, Kementerian Pertanian tengah menata seluruh
rantai pasok pangan dari hulu ke hilir, termasuk dalam penyaluran pupuk dan
sarana produksi. Salah satu kasus besar yang ditindak adalah temuan lima jenis
pupuk palsu yang beredar di Jawa Tengah, dengan potensi kerugian petani
mencapai Rp3,2 triliun secara nasional. Kasus tersebut kini telah diserahkan ke
Kejaksaan dan Kepolisian.
Baca Lainnya :
- Pemerintah Lepas 360 Ribu Ton Bansos Beras, Mentan: SPHP Harus Hati-Hati dan Tepat Sasaran0
- Produksi Beras Nasional Januari-Agustus 2025 Capai 29,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen0
- Mentan: 212 Produsen Beras Bermasalah Telah Dilaporkan ke Kapolri dan Jaksa Agung0
- Dukungan Kebijakan untuk Swasembada Pangan0
- Prabowo: Saya Tidak Akan Tenang Sebelum Indonesia Swasembada Pangan0
Dalam kasus minyak goreng, sebanyak 20 mafia juga telah
diserahkan ke penegak hukum. Terbaru, investigasi gabungan mengungkap skandal
pengoplosan beras oleh 212 merek. Modus yang digunakan tidak hanya merugikan
konsumen dari sisi kualitas, tetapi juga menimbulkan potensi kerugian negara
hingga Rp99 triliun.
“Kalau ini terjadi selama 10 tahun, kerugiannya bisa
mencapai Rp1.000 triliun. Ini harus kita selesaikan bersama,” tegas Mentan
Amran.
Terkait praktik curang mafia beras, pemerintah telah
bersurat resmi ke Jaksa Agung, Kapolri, dan Satgas Pangan, yang kini tengah
bekerja secara intensif. “Pengusaha besar sudah diperiksa. Ini harus
ditindak tegas, tidak ada pilihan. Kalau kita mau menjadi negara superpower dan
menuju Indonesia Emas, tidak boleh ada kompromi terhadap koruptor dan mafia
pangan,” tandasnya.
Mentan Amran juga menekankan pentingnya keberpihakan pada
masyarakat kecil. Ia menyayangkan praktik pengoplosan beras yang menyebabkan
harga beras medium dijual dengan harga premium, hingga selisih dapat mencapai
Rp3.000 per kilogram.
“Kalau beras naik Rp3.000 per kilo, apa tidak kasihan dengan
saudara-saudara kita yang berada di garis kemiskinan? Tidak semua anak bangsa
beruntung. Kalau beras dioplos lalu dijual lebih mahal, itu tidak beradab. Kita
tidak bisa diam,” ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, pemerintah telah
menyalurkan 360 ribu ton bantuan pangan beras sepanjang Juli sebagai bagian
dari program perlindungan sosial. Selain itu, sebanyak 1,3 juta ton beras akan
disalurkan melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). “Stok
beras kita sangat cukup, mencapai 4,2 juta ton. Tidak perlu khawatir. Dalam
waktu dekat, harga beras dipastikan akan turun,” ujarnya.
Mentan Amran juga memastikan komitmennya untuk terus berada
di garda terdepan dalam membenahi sektor pertanian sesuai arahan
Presiden. “Selama kami berada di Kementan, sekuat tenaga kami akan
bereskan. Kami tidak akan mundur. Dalam 10 bulan terakhir, sudah 260 kasus kami
kirimkan ke penegak hukum, dan kami yakin akan ditindak tegas,” tegasnya.
Dukungan terhadap langkah tegas Mentan Amran juga datang
dari kalangan akademisi. Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr.
Jamaluddin Jompa, menegaskan bahwa praktik curang oleh oknum pengusaha hitam
dalam kasus beras tidak bisa ditoleransi.
“Ini sudah terlalu lama dilakukan oleh pengusaha hitam yang
tidak peduli pada masyarakat sebagai konsumen. Ini tidak boleh terjadi lagi.
Kami sangat mendukung sikap tegas Pak Mentan. Untuk teman-teman yang masih
berniat nakal, berhentilah. Sudah saatnya kita bersih-bersih. Rezeki bisa
datang dengan cara yang baik,” ujar Prof. Jamaluddin.
Ia menilai ketegasan Mentan Amran merupakan bukti nyata
bahwa negara hadir untuk melindungi rakyat. “Pak Amran menunjukkan bahwa
pemerintah hadir membela konsumen dan masyarakat Indonesia. Ini adalah bentuk
keadilan. Produk pangan, termasuk beras, harus memenuhi hak konsumen untuk
mendapatkan harga yang adil, jujur, dan berkualitas,” tambahnya.
Prof. Jamaluddin juga mengapresiasi capaian strategis
Kementan di bawah kepemimpinan Amran. “ Saya mengucapkan selamat kepada
pemerintah atas pengakuan global yang diraih. Pertanian menjadi trending topic.
Pak Amran memimpin dengan sangat kuat dan tegas, dan itu sangat kami hargai,”
ungkapnya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya dukungan dari seluruh
elemen bangsa untuk membangun generasi emas Indonesia. “Kalau mafia
seperti ini masih ada, generasi emas hanya akan menjadi mimpi. Maka perjuangan
ini harus terus dilanjutkan. Jangan khawatir, kami semua berada di belakang
Bapak Menteri,” pungkas Prof. Jamaluddin.
