- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan
- Mentan Ungkap Kejanggalan Data Beras di Cipinang, Diduga Permainan Mafia Pangan
- AHY Dorong UMKM di Indonesia Maju, Berkembang dan Mendunia
- Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk
- Ini Sejumlah Lokasi Berburu Matahari Terbit sambil Wisata Kuliner
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut
- Beras!
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove
- Greenpeace Dukung Kongres Dunia Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari Tiga Kawasan Hutan
Serapan Beras Lokal Periode Jan–Mei Tertinggi Selama 57 Tahun, Tembus 2,3 Juta Ton
2.jpg)
JAKARTA – Pemerintah mencetak tonggak
sejarah baru dalam penguatan ketahanan pangan nasional. Untuk pertama kalinya
dalam 57 tahun terakhir, serapan beras lokal oleh Perum Bulog selama periode
Januari hingga Mei mencapai angka tertinggi, yakni 2,351 juta ton per 27 Mei
2025 pukul 11.30 WIB.
Jumlah ini melonjak 400% dibandingkan rata-rata serapan lima
tahun terakhir berkisar 600.000 ton dan rata-rata hanya 1,2 juta ton per tahun.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut capaian ini sebagai
lompatan eksponensial dalam kinerja penyerapan beras nasional.
“Biasanya angka serapan seperti ini baru tercapai dalam
waktu satu tahun penuh. Tapi kali ini, dalam waktu kurang dari lima bulan, kita
sudah melampauinya. Ini lompatan eksponensial,” ujar Mentan Amran.
Baca Lainnya :
- Panen Perdana Sawah Wanam Merauke Buka Jalan Swasembada Pangan dari Papua0
- Surati Menko Perekonomian, Mentan Usulkan Pengendalian Impor Singkong dan Turunannya0
- Wamentan dan Rektor IPB Luncurkan Benih Paten! Produktivitas Capai 12 Ton Per Hektare0
- Mentan Amran Targetkan Kaltara Panen Tiga Kali Setahun, Fokus Benahi Irigasi0
- Produksi Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah, Presiden Apresiasi Duet Maut Amran-Sudaryono0
Lebih lanjut, Mentan Amran menegaskan bahwa lonjakan serapan
ini sepenuhnya berasal dari produksi dalam negeri, tanpa ada tambahan beras
medium impor sejak awal tahun 2025. “Ini murni hasil panen petani kita
sendiri. Tidak ada impor. Publik perlu tahu, keberhasilan ini adalah hasil
nyata dari kerja keras petani dan kebijakan pemerintah yang berpihak,”
tegasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras
Januari–Mei 2025 mencapai 16,55 juta ton, meningkat 11,95 persen dibandingkan
produksi 2024. Peningkatan produksi beras Indonesia turut diakui oleh
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang mencatat estimasi produksi
Indonesia di angka 34,6 juta ton untuk periode 2024/2025—tertinggi di ASEAN,
melampaui Thailand dan Vietnam, dan bahkan melebihi target pemerintah sendiri
sebesar 32 juta ton.
Terkait sejumlah pihak mempertanyakan kontribusi produksi
lokal terhadap stok nasional dan mengaitkannya dengan sisa beras impor 1,7 juta
ton dari tahun sebelumnya, perlu menjadi pengetahuan publik bahwa jumlah
tersebut hanya cukup untuk konsumsi nasional selama 20 hari, sehingga tidak
signifikan untuk dipersoalkan.
Sebaliknya, serapan CBP oleh Bulog justru melonjak 2000
persen dibanding periode yang sama sebelumnya, dan ini berdampak langsung pada
stabilisasi harga di pasar. Fakta ini menjadi bukti bahwa produksi dalam negeri
meningkat drastis. Sesuai Data BPS bahwa Cadangan beras nasional per Mei 2025
tercatat sebesar 12,05 juta ton, terdiri dari carry over beras tahun 2024
sebesar 8,15 juta ton dan stok CBP hasil serapan dalam negeri 2025 sebesar 3,9
juta ton. Ini menandakan bahwa kebutuhan beras nasional saat ini sudah sangat
terjamin.
Mentan Amran juga kembali menegaskan bahwa Kementerian
Pertanian tidak mengeluarkan data produksi pertanian dan melarang siapa pun di
Kementan untuk menerbitkan data sendiri. Seluruh informasi dan rujukan resmi
hanya bersumber dari BPS, Bulog, dan USDA. Ini untuk memastikan akurasi,
transparansi, dan menghindari manipulasi data. “Kalau ada yang meragukan
data resmi ini, maka patut dipertanyakan. Jangan-jangan ada kepentingan
importir atau mafia pangan di baliknya,” ujar Mentan Amran.
Mentan Amran menambahkan capaian ini turut memberikan dampak
besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan laporan BPS,
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB menurut lapangan usaha triwulan I/2025
(y on y) mencapai 10,52 persen, tertinggi sepanjang sejarah. Ini menjadi sinyal
kuat bahwa kebijakan yang berpihak pada produksi nasional berdampak nyata bagi
perekonomian dan membuka lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.
Dengan berbagai indikator ini, Indonesia tidak hanya
mendekati swasembada beras, tetapi juga mulai melangkah menuju kedaulatan
pangan nasional. “Kita tidak lagi hanya bicara swasembada, tapi sudah
bicara kedaulatan. Dengan angka serapan seperti ini, Indonesia siap mengambil
peran lebih besar dalam sistem pangan dunia,” pungkas Amran. (*)
